Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Obrolan Malam Jum'at

6 September 2012   16:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:50 1342 1
Sebenarnya tulisan ini baru saya alami beberapa menit yang lalu dalam sebuah obrolan ringan dengan seorang tetangga di sebuah acara hajatan saudara. Tetangga saya tersebut merupakan santri beberapa pondok di Jawa Barat dan Jawa Timur. Saya tidak tahu apakah obrolan ini termasuk dalam kategori tertentu, tetapi kami asyik membicarakan permasalahan tentang gaib, karena kebetulan sekitar seminggu yang lalu di dekat rumah ada fenomena gaib, maka itu menjadi topik pembuka. Kemudian melebar sampai ke wilayah yang lebih luas, meskipun masih dalam ranah hal-hal gaib.

Kami membicarakan tentang jin dan khodam yang sering dimanfaatkan manusia untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Perbedaan jin dan khodam (khodam menurut tetangga saya ada dua, jin dan malaikat) yang dimanfaatkan manusia adalah, jika seseorang menggunakan jin maka apa yang ia perbuat entah itu baik atau buruk tidak masalah. Berbeda dengan khodam malaikat, yang tidak bisa diajak untuk berbuat yang menjadi larangan agama. Kemudian muncul pertanyaan, apa bedanya pesugihan dan kiai yang memanfaatkan jin untuk memperkaya (membuka klinik pengobatan dengan tarif yang ditentukan, dsb)?

Juga mengenai jin-jin yang paling hebat di Nusantara ini berjumlah enam, sayang ketika saya tanyakan siapa saja mereka, tetangga saya hanya teringat satu. Kemudian jin yang mendiami lautan lebih hebat dari jin yang mendiami daratan. Soal ini, tetangga saya berkisah bahwa ada "orang pintar" di daerah Papua yang menyebutkan nama Kanjeng Ratu Kidul. Juga telah banyak diketahui bahwa jimat atau pusaka akan luntur kesaktiannya jika dibawa menyeberang lautan, karena hanya yang tergolong sakti yang mampu terbang di atas samudra..

Obrolan bergeser ke beberapa orang yang sering disebut "orang pintar", yang sering dihadapkan pada sebuah kasus pencurian dan diminta tolong mencari pelaku. Di sini seharusnya ada semacam kode etik untuk tidak memberitahukan siapa pelaku pencurian kepada korban, karena hal tersebut kemungkinan akan menyebabkan perselisihan dan dendam. Di sinilah, ungkapan "tidak tahu kadang lebih baik."

Ikhtiar, atau usaha seseorang, entah itu proses mencari kesembuhan atau mencari barang hilang sebenarnya tidak ada yang sia-sia. Bagi si pasien atau si dokter atau si "orang pintar." Bagi seseorang yang mencari kesembuhan, kadang sangat sulit mencari sebuah kesembuhan, meskipun ada hikmah bahwa sebenarnya dengan "tertundanya" kesembuhannya akan lebih keras lagi ikhtiarnya, dan juga doanya kepada Tuhan. Begitu juga dengan dokter yang kemungkinan gagal menyembuhkan pasien, dengan kegagalan maka ia akan belajar lebih giat dan meminta pertolongan kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh agar dapat menolong sesama. Kemudian, saya mendapat sebuah doa ketika kita menjenguk seseorang yang sedang sakit, disamping doa semoga lekas sembuh; doanya dalam bahasa Indonesia seperti ini:

"Ya Allah, kuatkanlah iman (pasien) agar ketika sembuh nanti ia akan menjadi seseorang yang lebih baik dari sebelumnya."

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun