Pada hari Minggu, 22 September 2013. Aku baru saja menjejakkan kaki di ruanganku. Menyalakan komputer. Meneliti data-data yang aku kerjakan dari kemarin hingga jam tiga pagi tadi. Lalu mengemasi mejaku yang serak seperti habis diamuk. Beberapa menit kemudian, hapeku bergetar. Sebuah panggilan yang tak pernah aku harapkan!
“Ya, Matthew?”
“Sudah siap?” tanya lelaki berusia empat puluh tiga tahun itu.
“Sudah.”
“Aku tunggu di Mc.Donal Lucky Plaza. Dua puluh menit onward!”
Anjing! Makiku dalam hati. Betapa Matthew akhir-akhir ini seperti manula yang sering hilang kesabaran. Atau mungkin budak waktu yang segalanya harus ontime. Semenit meleset dari target dibilang tak disiplin. Aku baru tahu mengapa bawahan Matthew tak bisa bertahan lama dengannya. Karena Matthew budak waktu – tipe lelaki yang layak untuk dihindari.
Aku bergegas. Jam yang melingkar di tanganku menunjukkan angka 5.12 PM. Dua puluh menit lagi, pasti Matthew sudah duduk di salah satu kursi mengenyam chicken burger kesayangannya. Sudah terlebih dahulu order sepiring salad lettuce corn untukku tanpa lebih dulu menawariku.
Apa yang aku prediksikan tepat! Matthew sudah duduk di tempat yang hampir sepenuhnya dipadati buruh migran Filipina dan Indonesia. Matanya focus pada layar Iphone. Tapi tangan yang satu dengan intens menyuapkan burger ke mulutnya.
“Kita cuma punya lima menit untuk makan.” kata Matthew kejam.
Pernyataan tadi sungguh sangat membosankan!
***
Sepanjang perjalanan, aku berprasangka: apakah layak seorang atasan memberi makan bahawannya hanya sekelas makanan kelinci? Potongan lettuce, parutan wortel, jagung rebus, beberapa cerry tomat lalu disuruh melakukan tugas berat yang tak hanya memeras otak, namun juga tubuh!
Namun ketika sampai di tujuan, aku baru menyadari kalau Matthew benar-benar orang jenius. Karena lokasi pertemuanku dengan Gerry Silalahi adalah di prasmanan restoran. Letaknya di lantai dasar Marina Bay Sand. Tugasku sederhana sebenarnya, mencari tahu bagaimana lelaki keturunan Medan itu mengelola perusahanya hingga menjadi perusahaan raksana. Ini pekerjaan yang agak berat karena aku sama sekali tak berpengalaman soal internal perusahaan. Draf pertanyaan yang Matthew berikan sepertinya hanya membuat pusing kepalaku bertambah. Tak cuma itu, sepertinya Matthew sengaja menjebakku dengan memberikan tugas yang tak sesuai dengan bidangku: agar aku kelihatan tak becus, lalu bos besar dengan mudah mencidukku lalu melemparku ke tong sampah!
***
to be continued....