Tak mudah memang memulai hal lama yang sudah lama tidak kita lakukan. Apalagi ketika membahas sesuatu yang sudah bukan menjadi isu panas lagi. Sama seperti makan sup yang sudah mulai mendingin, terasa hambar. Oleh karenanya, semoga tulisan ini sudah tidak terlalu dingin-dingin amat mengingat kejadiannya belum genap sebulan lalu.
Kontroversi Rok Mini dan Sejarahnya
Minggu (18/9/2011) sore sekitar pukul 15.00 WIB, puluhan perempuan yang memakai rok mini menggelar aksi di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat,. Mereka membawa poster dan spanduk besar dalam kegiatan yang cukup menyita perhatian pengguna jalan itu. Petugas kebersihan yang bertugas di sekitar Bundaran HI menghentikan aktivitasnya demi melihat aksi para demonstran. Pengendara kendaraan yang melintas pun melambatkan kendaraannya. Sementara itu puluhan polisi mengawal aksi yang dipicu pernyataan Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo yang terkesan menyalahkan korban perkosaan akibat berpakaian seksi salah satunya dengan memakai rok mini.
Biarlah masalah itu menjadi urusan yang berwenang, kita bisa menjadi penonton yang baik dengan tidak menambah panas masalah. Sekedar mengetahui kapan mulai ngetren pakai itu barangkali bisa menambah wawasan kita. Secara pastinya, tidak ada yang tahu siapa penemu model pakaian seksi yang kini sangat mendunia ini, terutama di negara-negara sekuler semacam Eropa Barat, Amerika, Australia, dan Asia Timur. Salah satu sumber menyatakan rok mini juga dikembangkan oleh desainer Prancis André Courrèges (lahir 1923) dan desainer Inggris John Bates (lahir 1938), sehingga ada ketidaksepakatan mengenai siapa yang memiliki ide pertama mengenai rok mini. Namun, Mary Quant-lah yang dianggap berperan besar mempopulerkan rok mini.
Desainer dan ikon mode Inggris Mary Quant (lahir 1934) mengklaim pakaian jenis itu sangat praktis dan membebaskan, yang memungkinkan perempuan mampu bergerak dengan leluasa, bahkan saat mengendarai kendaraan. Menurut website www.randomhistory.com dalam tulisan “Fashion Revolution: A History of the Miniskirt,” tahun 1960-an adalah dekade revolusi dan perubahan. Apollo 11 menjadi kapsul pertama yang mendarat di bulan, Undang-Undang Hak Sipil di Amerika diberlakukan pada 1964, Perang Vietnam berkecamuk, Beatles-mania sedang menyapu dunia, pil KB mewabah ke masyarakat. Di tengah-tengah perubahan politik dan budaya yang dramatis muncul salah satu ikon yang paling abadi dan kontroversial: rok mini.
Pada 1960, protes-protes pemuda dan tuntutan untuk mengekspresikan diri mengungkapkan bahwa orang dewasa muda memperoleh kesadaran diri sebagai kelompok yang berbeda dan terpadu yang mampu menanggapi peristiwa politik dengan cara berbeda dari orangtua mereka. Anak-anak muda merasa tidak lagi butuh untuk mengikuti aturan moralitas borjuis dan tata krama, yang mereka anggap berstandar ganda. Karena entitas politik muda memperoleh suara, mereka menciptakan ruang untuk busana baru dan khas yang mencerminkan pandangan politik mereka sendiri, bukan orangtua mereka. Boleh dikatakan, dekade ‘60-an adalah pestanya kaum liberal, alternatif di samping hegemoni komunis yang sedah menghinggapi pikiran-pikiran anak muda negara dunia ketiga.