Belakangan ini namanya muncul bak jamur di musim hujan. Jikalau beberapa bulan lalu terkait kasus bailout Bank Century, baru-baru ini memberitakan pengunduran dirinya sebagai Menteri Keuangan pada Kabinet Indonesia Bersatu II karena ditunjuk menjadi Managing Director World Bank di Washington DC, Amerika Serikat. Bahkan, hampir dua minggu sudah topik pilihan kompasiana mengusung tagline “Sri Mulyani dalam Sorotan”.
Sederetan prestasi dan segudang kontroversi yang menyertainya sudah bosan kita dengar. Oleh karena itu, kali ini saya ingin berbagi dengan rekan-rekan tentang sisi lain dari sosok wanita ini dilihat dari kehidupan pribadinya. Di samping sebagai pejabat negara, kita tahu seorang wanita juga mempunyai tanggung jawab kepada suami dan anak-anaknya, tidak terkecuali dengan Sri Mulyani Indrawati (SMI). Kata Mas Inu, ia sering dipanggil dengan Mbak Ani untuk membedakan panggilan kesayangan Presiden terhadap permaisurinya, Bu Ani Yudhoyono.
Kisah pribadinya pertama terekspos ke media saat acara talkshow “Rossy” yang dipandu Rosiana Silalahi, Minggu 7 Februari 2010. Sebagaimana kita ketahui, sosoknya yang tegas, tanpa kompromi, dan terkesan judes, sangat pelit untuk menceritakan kehidupan sehari-harinya di lingkungan keluarga. Kepada presenter, Mbak Ani bertutur diplomatis, “Pejabat publik harus anggun, nanti kalo nangis dibilang curhat.” Namun pada malam itu, pemirsa Global TV bisa menyaksikan bahwa sosok SMI tidak berbeda dengan wanita-wanita lainnya.
Dalam acara tersebut, secara tersirat Mbak Ani terkesan susah untuk curhat kepada orang lain, hanya orang tertentu saja yang bisa ia curhati. Selain suami, kepada almarhumah ibundanya barangkali ia bisa menceritakan masalahnya. Sesaat sebelum kepergian ibunda untuk selama-lamanya, Mbak Ani sempat curhat kepadanya tentang kondisi bangsa ini. Ia berkata, “Indonesia kuwi angel, Bu”.
Dalam talkshow itu juga kita tahu seperti apa nasionalisme seorang Sri Mulyani. Ada sebuah kisah mengharukan yang membuat sebagian penonton di studio yang tersorot kamera terlihat sedang menitikkan air mata atau hanya berkaca-kaca saja matanya. Kisah SMI tentang bagaimana ia disuguhi pilihan berat antara mengikuti rapat dengan pelaku usaha dan emiten terkait krisis ekonomi 2008 atau menjenguk sang ibunda yang berada dalam kondisi kritis di rumah sakit di kota yang hanya berjarak 45 menit dari tempatnya memimpin rapat, yakni di Kota Semarang.