Jantung puisi bukan sekadar pusat dari perasaan yang bergejolak, bukan tempat di mana bahasa tumpah menjadi sungai air mata dan darah yang mengalir ke urat nadi paling terpencil. Ia adalah rumah bagi makhluk-makhluk dunia yang kehilangan arah, tempat bagi mereka yang tidak tahu jalan pulang. Di dalamnya, tersembunyi mata air purba, sulaman waktu yang telah menenun miliaran abad dalam senyap, mengalir tanpa henti dalam sunyi yang abadi.
KEMBALI KE ARTIKEL