Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Keabadian Nol Detik

31 Januari 2025   09:41 Diperbarui: 31 Januari 2025   09:41 62 8
Di panggung kesunyian
aku datang, gelap-gelap
menyiapkan vokal geraham---
nada seluruh binatang dan bintang sejarah.

Tunggu,
kukenakan diriku yang lampau,
kupoles menjadi paling cantik,
agar suaraku hanya milik cahaya agung.
Mandy Moore mengalunkan ritme melankolis,
sangat melodramatis,
katanya: I wanna be with you.

Mataku biru laut,
hatiku tumpah.
Sebentar,
kucari bentuk segala wadah dunia,
kau siapkan dahaga kemarau di ratusan lembah.
Minumlah, minumlah.

Cengkeram, gerogoti
sauh rindu yang brutal ini.
Jariku menerobos batang tenggorokan,
puluhan tiang listrik menyangga organ dalam:
jantung, ginjal, dan usus buntuku.
Kini mereka, jantung kedua,
sudah siap untuk perayaan.

Makan malam penuh api:
jilatlah, jilatlah.

Di perlintasan nada,
darahmu menyatu,
lengking parau mendekam dalam inti durja.
Sayang hanya padamu,
setengah detik saja.
Tidak,
nol detik saja.

Lalu aku tahu,
keabadian adalah peristiwa
paling sunyi,
paling nyaring,
paling hening,
paling ada
dan tiada---bersamaan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun