mata kirinya, demi sepotong
lampu di pinggir jalan
yang sering kau lewati
di malam yang sepi.
Mungkin kau tak perlu kabur
dari terang bersikuku
memecah gelap
di antara hingar dan keluasan.
Titik buta mataku
merayap menuju mata lain
bersembunyi menjauh.
Di belakang tubuh yang enggan
mengaku sebagai awal
kekosongan melebar
menghapus bentuk-bentuk
yang tak pernah selesai.
Biar tiap permukaan
mencacah benda-benda
yang mencari poros waktu
biar yang tak pernah ada
menyusup di antara kita
menghapus jejak sebelum terlihat.
Selama ada aku
kau tak pernah hilang
Keabadian ini mungkin
tak butuh nama.