^^
DARI jauh
gua sudah lihat
doi. Eh, benaran. Dia datang. Rabu, kira-kira jam 10.00 WIB pagi. Masih terlalu 'pagi' buat
gua nyari berita. Dengan tenang dia memilih tempat duduk. Kemudian duduk. Jangan terlalu manis, kata dia kepada pelayan. Gulanya seujung sendok
aja. Kebetulan duduknya agak jauh dari tempat
gua. Dia pilih tempat duduk yang dipinggir. Lebih dekat ke pintu utama.
Gua juga duduk di pinggir
sih, dekat pintu juga. Tapi lebih dekat ke penjual warung dan pintu samping ^^ Seperti kebanyakan orang baru yang masuk tempat baru, setelah celingak celinguk keadaan sekitar sesaat, dia segera memainkan BlackBerry-nya. Enggak berapa lama, kembali dia keluarkan satu handphone dari dalam tasnya. Apa merk tasnya
enggak terlalu jelas. Tapi yang jelas mahal. Karena bagus,
eye catching dengan paras dia. Meski posisi agak jauh, untungnya
enggak menghalangi pantauan
gua untuk memandangi puas wajah
doi. Dia cantik. Cantik sekali terlihat dari balik gelas. Gelas dari kopi yang dipesannya tadi. Gelas yang terlalu murah untuk kecantikannya. Benaran. Agak
lebay sih memang :D. Bicara soal cantik,
gua sendiri enggak tahu definisi cantik
gua itu seperti apa. Karena tiap individu punya tipe dan pandangan yang berbeda. Tapi, menurut penerawangan
gua sesuai dengan ukuran ‘warung’ tempat
gua sekarang duduk, rasa-rasanya
enggak pas. Maksudnya, agak kurang cocok
doi ada di warung ini. Sendirian. Minum kopi. Dengan gelas yang sering didapat dari hadiah beli odol atau sabun colet dua bungkus sekaligus
gitu. Oh iya, dia putih. Rambutnya
enggak terlalu panjang. Kira-kira sebahu. Dan agak kemerahan sedikit. Sedikit aja. Mungkin efek dari sinar matahari. Bisa jadi karena imajinasi
gua yang terlalu tinggi. Maklum, jam 10.08 WIB masih pagi buat ukuran
gua. Sambil menunggu kopinya dingin, dia terus memainkan BlackBerrynya. Kopi dibiarkan dia agak lama, tidak langsung diseruput, seperti gaya gua minum. Gua lebih suka menikmati minum kopi saat panas. Agak-agak gimana
gitu. Sedikit demi sedikit. Buat
gua, di situ kenikmatannya. Dia. Dia berbeda. Sendok dipakai dia untuk mencicipi rasa kopi. Kemudian sesendok lagi. Dan lagi. Memainkan BlackBerrynya lagi, menengok-nengok sebentar. Dan sesendok lagi. Lagi.
Gua enggak ngitung sudah berapa sendok. Sesekali dia tersenyum sendiri. Mungkin mendapat pesan lucu dari lawan chatnya. Dan pikiran
gua pun mulai menebak-nebak. Pasti pacarnya. Bisa jadi suaminya. Mungkin temannya. Ahhh. Sementara
gua masih sibuk dengan duga-dugaan, doi segera menegak kopinya. Lalu bangkit dan menghampiri pemilik warung. Kemudian membayarnya. Tepat jam 10.20 WIB, dia berlalu pergi. Sementara
gua masih terlena. Bengong memikirkan kenapa dia ada di warung ini. Selama di sini, belum pernah ngelihat perempuan semenarik dia. Paling banter, cewek-cewek yang singgah itu PNS. Karena warung ini lumayan dekat dengan Pemda. Tapi itu juga
enggak lama. Dan tidak ada yang menarik. Semenarik dia :p Bukan bermaksud mendiskriminasikan PNS. Tapi benar. Gua pribadi
sih lebih menikmati melihat polwan dan seragamnya atau pegawai swasta yang pakai blazer merah, kuning, atau biru (bukan baju partai tapi) dipadu rok ketat
gitu. Mirip seperti dia :D April, 2012. Kantin sebelah Pemda.
KEMBALI KE ARTIKEL