Beberapa waktu silam, aku diundang untuk mengisi workshop penulisan yang diadakan oleh perwakilan kantor di Yogyakarta. Dalam percakapan seusai workshop, aku berjanji untuk menulis ulang materi yang disajikan, terutama menyangkut sejumlah poin yang menjadi bahan diskusi. Setelah sekian lama, utang janji itu baru bisa aku lunasi melalui postingan ini.
Penulisan yang aku maksud dalam postingan ini bisa menyangkut tulisan apa saja. Mau blog, artikel, cerpen. Pokoknya semua jenis tulisan. Sharing ini memang bukan ditujukan kepada penulis yang sudah mahir, melainkan mereka yang awam atau baru mau terjun dalam dunia penulisan—walaupun dalam workshop tersebut aku mengulas lebih jauh tentang copywriting. Mungkin lain waktu, aku bisa sharing lebih banyak tentang hal yang satu ini.
Aku ingin memulai dengan menjawab pertanyaan yang menjadi judul postingan ini. Pertanyaan ini memang kerap muncul dalam berbagai pelatihan menulis. Terkait pertanyaan ini, penulis AS EB White tegas berkata, “A writer who waits for ideal conditions under which to work will die without putting a word on paper.”
Tentang hal ini, aku setuju dengan White. Aku sekarang bekerja di media. Menulis bukan lagi hobi, sesuatu yang dikerjakan bila suka atau sedang mood. Tidak. Sekarang aku harus menulis, suka-tidak suka, tepat-tidak tepat waktunya. Dan, tidak ada yang salah dengan itu.
Belajar dari penulis-penulis kenamaan dunia, sangat jarang yang aku tahu menulis hanya kalau sedang mood. Kebanyakan mengembangkan kebiasaan untuk menulis secara teratur. Karya-karya besar tidak lahir dalam sehari, melainkan melalui prosesn dan merupakan hasil perbaikan terus-menerus.
Ada cerita tentang seorang penulis peraih nobel yang perfeksionis. Ia terus menulis. Tulisan yang kurang baik akan dibuang. Ia lalu menulis ulang gagasan tersebut hingga mendapatkan tulisan yang menurutnya bagus.
Menangkap ide dan mencari bahan