Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Artikel Utama

Mengapa ‘Merah Putih’ Tak Dinaikkan Setengah Tiang?

11 Desember 2011   11:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:31 762 0
Sepanjang hari ini, 11 Desember 2011 tak terlihat ada kibaran bendera 'Merah Putih' setengah tiang di halaman Gedung DPRD Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel). Bahkan 5 tiang bendera utama di depan gedung wakil rakyat Sulsel tersebut justru semua kosong melompong dari bendera Merah Putih. Padahal hari ini, merupakan hari peringatan Peristiwa Korban 40.000 Jiwa Sulawesi Selatan. MonumenPeristiwa Korban 40.000 Jiwa Sulawesi Selatan di Kota Makassar/Ft:Mahaji Noesa Di tahun-tahun sebelumnya, dua atau tiga hari sebelum tanggal 11 Desember biasanya ada himbauan atau pengumuman resmi dari pemerintah yang disebarluaskan melalui media massa - suratkabar, radio atau televisi untuk mengibarkan bendera merah putih 'setengah tiang' memperingati hari Peristiwa Korban 40.000 Jiwa. Tahun ini pengumuman seperti itu tidak terdengar lagi, termasuk di Kota Makassar. Tak heran jika peringatan hari Peristiwa Korban 40.000 Jiwa Sulawesi Selatan, 11 Desember 2011, boleh dikatakan hampir semua rumah maupun kantor pemerintah dan swasta khususnya di Kota Makassar tak terlihat mengibarkan bendera merah putih setengah tiang. Tidak lagi seperti suasana tahun-tahun sebelumnya, bendera merah putih berkibar setengah tiang sehari penuh setiap 11 Desember di halaman rumah-rumah penduduk dan perkantoran-perkantoran di Kota Makassar. Di Gedung DPRD Provinsi Sulsel tak menaikkan bendera setengah tiang 11 Desember 2011/Ft:Mahaji Noesa Pengibaran bendera merah putih setengah tiang pada 11 Desember 2011 di Kota Makassar, terlihat cuma dilakukan di Monumen Peristiwa Korban 40.000 Jiwa serta di sejumlah rumah penduduk yang ada di sekitarnya di Kelurahan Timungan Lompoa (sekitar monumen) utara Kota Makassar. Di tengah Kota Makassar, hanya Kantor Polsekta Ujungpandang di Jl.Sultan Hasanuddin yang terlihat menaikkan bendera merah putih setengah tiang pada 11 Desember 2011. Sejumlah remaja di lokasi empat penjuru mata angin Kota Makassar, ketika ditanya umumnya tidak mengetahui jika tanggal 11 Desember merupakan hari bersejarah. ''Mungkin karena hari ini 11 Desember 2011 bertepatan dengan hari Minggu sehingga kantor-kantor maupun warga ikutan libur tidak menaikkan bendera merah putih setengah tiang,'' ujar seorang ibu seenaknya, di sekitar perumahan Taman Monumen Emmy Saelan (Tames), Jl. Monumen Emmy Saelan, berimpit dengan Perumnas di arah timur pusat Kota Makassar. Selain di gedung DPRD Provinsi Sulsel, juga di Kantor Gubernur Sulsel tak terlihat ada satupun kibaran bendera merah putih setengah tiang pada 11 Desember 2011. Hal sama terlihat terjadi di Gedung DPRD Kota Makassar, dan di Balaikota Makassar. Tiang bendera di kedua perkantoran tersebut justru kosong dari kibaran merah putih di hari Minggu, 11 Desember 2011. Di gubernuran atau rumah jabatan Gubernur Provinsi Sulsel, Jl.Jend.Sudirman, Minggu, 11 Desember 2011, bendera merah putih terlihat dikibarkan tapi tetap satu tiang penuh. Demikian halnya di depan Gedung Veteran RI Granada Jl.WR.Supratman Kota Makassar, bendera tetap dikibarkan satu tiang penuh pada 11 Desember 2011. Makam Robert Wolter Mongisidi di TMP Panaikang Makassar latar bendera satu tiang penuh, 11 Desember 2011/Ft:Mahaji Noesa Bandera merah putih pun tetap dinaikkan satu tiang penuh di tiang bendera Taman Makam Pahlawan Panaikang Makassar, tempat dimana pahlawan nasional Robert Wolter Mongisidi dimakamkan. Pahlawan pemuda asal Sulawesi Utara ini merupakan salah satu tokoh pejuang gigih menantang kehadiran pasukan Nica (Belanda) yang dipimpin Kapten Raymond Paul Pire Westerling di Kota Makassar. Dia termasuk salah satu pejuang Peristiwa Korban 40.000 Jiwa di Sulawesi Selatan yang dihabisi dengan cara ditembak mati. Peristiwa Korban 40.000 Jiwa Sulawesi Selatan yang puncaknya terjadi pada 11 Desember 1946 di Kota Makassar, pernah diwacanakan agar dijadikan sebagai Hari Berkabung Nasional. Keinginan penetapannya sebagai Hari Bersejarah Nasional, sekaligus dimaksudkan sebagai salah satu bukti bahwa pascaproklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia masih harus mengorbankan jiwa raganya untuk melawan penjajah kolonial yang masih berusaha keras merongrong kemerdekaan bangsa Indonesia. Salah satu buktinya adalah Peristiwa Korban 40.000 Jiwa di Sulawesi Selatan. Tapi kenapa pihak pemerintah dan masyarakat khususnya di Kota Makassar tidak lagi serentak mengibarkan merah putih setengah tiang pada 11 Desember 2011, seperti tahun-tahun sebelumnya? apa yang terjadi? Tulisan berjudul 'Mengenang Peristiwa Korban 40.000 Jiwa di Sulsel' yang saya tulis Desember 2008 lalu mungkin belum basi untuk kembali disimak-simak, sambil menanti siapa tahu esok ada yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun