Sebuah buku berjudul ‘Bohong di Dunia’ yang secara tak sengaja saya temukan ketika merapihkan kumpulan buku di sebuah rak usang, menyegarkan kembali pernyataan ‘Pemerintah Berbohong’ yang dilontarkan Tokoh Lintas Agama Indonesia belum lama ini yang mulai lenyap dari perhatian menyusul timbulnya peristiwa keagamaan di Banten dan Temanggung.
Tulisan di bawah judul utama yang juga diterakan dengan huruf kapital ‘’Penilaian agama-agama Yahudi, Nasrani dan Islam tentang bohong’’ di kulit buku cetakan kelima yang diterbitkan tahun 1982 (Cetakan Pertama tahun 1961) oleh Penerbit ‘Bulan Bintang’ Jakarta, karya Prof. Dr. Buya Hamka tersebut, mengingatkan betapa sejak lama semua kepercayaan telah mengakui ‘kebohongan’ memiliki daya rusak tak hanya bersifat bendawi tapi juga moral manusia.
Setelah membaca buku setebal 90 halaman ini kita bisa menyimak salah satu kesimpulan, bahwa segala macam dosa baik besar ataupun dosa kecil adalah kebohongan belaka !
Tudingan ‘Pemerintah Berbohong’ hingga saat ini belum dapat diikutkan dengan jawaban ‘Pemerintah Berdosa.’
Bahkan tudingan ‘Bohong’ dari Tokoh Lintas Agama Indonesia mulai menimbulkan bongkahan-bongkahan tanya, lantaran sampai sekarang belum ada keterus-terangan pengakuan dari pemerintah sekalipun tudingan sudah disodorkan dengan sejumlah bukti kebohongan tersebut.
Jika kondisi sampai berbalik, tudingan dari para Tokoh Lintas Agama Indonesia kemudian dapat dinyatakan tidak benar. Maka dipastikan akan pudarlah kebanggaan seluruh rakyat Indonesia yang selama ini diakui di mata dunia internasional sebagai masyarakat agamais, masyarakat plural yang menjunjung ‘Ketuhanan Yang Mahaesa’ sebagai kekuatan utama landasan negaranya.
Seiring dengan terjadinya peristiwa berkaitan dengan urusan keagamaan di Banten dan Temanggung, sudah terlihat bermunculan berbagai dalih, argumen dan komentar yang mempertanyakan yang namanya Tokoh Lintas Agama di Indonesia. Peristiwa bentrok masyarakat dengan pengikut ajaran Jemaah Ahmadiyah Indonesia di Banten dan kericuhan pascapersidangan kasus penistaan agama di Pengadilan Temanggung, sudah ada yang mengait-kaitkan juga sebagai kelalaian dari tokoh-tokoh agama di Indonesia dalam membina umatnya.
Dalam hari-hari mendatang, bukan tidak mungkin lantaran perguliran waktu dengan berbagai peristiwa tanpa ada pembenaran ‘Pemerintah Berbohong,’ justru akan menggelidingkan sekenario baru. Jawaban pengakuan pembenaran yang diharapkan justru bertolak-belakang, yakni pernyataan para Tokoh Lintas Agama Indonesia yang tertuding tidak becus.
Tanda-tanda ke arah itu sudah terlihat. Antara lain, melalui hiruk-pikuk penyelesaiaan masalah peristiwa keagamaan di Banten dan Temanggung, sudah ada wacana dari pemerintah untuk menindak tegas, membubarkan Ormas-ormas yang sering menjadi pemicu kerusuhan. Lho, koq !
Kehadiran Ormas atas ijin pemerintah. Tak ada yang didirikan dengan maksud sebagai Ormas pemangsa manusia. Jika kemudian ada anggota Ormas yang melakukan tindak kekerasan atau melanggar aturan hukum, ya tangkapi oknum pelakunya, kan jelas aturan keberadaan Ormas yang disepakati untuk dijadikan dasar tindak, tanpa harus melihat apakah dia pimpinan atau hanya sebagai anggota Ormas. Keberadaan Ormas harus disadari, kehadirannya diperlukan sebagai kekuatan sipil untuk menjaga penegakan demokrasi, termasuk agar penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan tidak dilaksanakan secara otoriter.
Jika pemerintah membubarkan Ormas yang didirikan atas ijin resmi dari pihak pemerintah sendiri, bukan tidak mungkin kelompok-kelompok lain seperti dalam bentuk forum-forum non-formal yang dinilai dapat mengganggu kestabilan negara melalui statemen atau pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan, dan sebagainya, dengan mudah pun bisa dibabat habis oleh keinginan pemerintah.
Apalah dasar kekuatan Forum Tokoh Lintas Agama Indonesia dibanding Ormas yang didirikan dengan didahului pembuatan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang jelas. Apalagi jika forum-forum non formal tersebut menetek pendanaan dari pemerintah.
Mendengar sejumlah perbincangan dalam masyarakat Indonesia saat ini, terdapat analisis yang mengatakan Forum Tokoh Lintas Agama Indonesia yang masih menanti jawaban kebenaran ‘Kebohongan Pemerintah,’ kini justru sedang tergiring menuju lorong kegamangan. Akan buntu sebatas pernyataan, yang gilirannya akan menyeramkan ehh ..menyuramkan langit demokrasi di Indonesia.
Maafkan, ini adalah salah satu opini rakyat Indonesia yang gamang menanti jawaban kebenaran atas tudingan ‘Pemerintah Berbohong.’ Berharap agar ada kejelasan yang membalik analisis kondisi prihatin, dan yang terjadi justru tindakan sebaliknya, menjadi munculnya kesadaran mengeratkan simpul persatuan dan kesatuan menjalankan bahtera Negara Republik Indonesia yang agamais, aman, maju dan rakyatnya sejahtera!
‘’Ya Allah, jauhkan kami dari segala kelemahan harta, segala bencana, penyakit, perbuatan keji, kemungkaran, perbuatan melanggar hak manusia, penindasan baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Amin!’’