Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Pecel Bu Yatin di Era Reformasi

20 Juni 2013   10:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:42 129 0

Sayur pecelnya nampak hijau dan menarik, ditengahnya diberi bakwan yang sudah dipotong-potong, ditaburi sambal kacang yang merah kekuning-kuningan dan sedikit daun kemangi. Siapa yang memandang pasti tergugah selera untuk mencicipinya.Ternyata benar, rasanya mak nyus....... nyaris seperti yang dikatan pak Bondan dalam acara wisata kuliner yang ditayangkan di salah satu acara televisi,. Pedas, manis, asam dan asin campur menjadi satu.

Itulah pecel mbok marni, sipenjual pecel yang ulet dan tanpa lelah kelilingkeluar masuk gang dengan gerobak dorongnya. ”Pecelyu...., “pecel yu.. “pecel...yu...... Cara mereka menjajakan dan menawarkan dagangannya setiap ketemu orang.Langganannya lumayan banyak dan belum ada yang merasa bosan meskipun hampir setiap hari membeli dan menyantapnya.

Saat ditanya apa resepnya mbok?. Mbok marni hanya menjawab singkat, bumbu yang mereka buat seperti orang membuat pecel pada umumnya. Mbok Marni juga tidak mau menjawab tentang berapa penghasilannya perhari. Namum mereka sambil senyum menjawab, berapapun hasilnya disyukuri, kadang banyak, kadang sedikit, yang penting cukup untuk kebutuhan sehari- hari. Maklum mereka orang kampung yang merantau ke kota. Katanya ingin mencari rejeki dan merubah nasib dengan menjual pecel sebagai barang jajaannya. Meski demikian, mbok Marni juga memiliki prinsip untuk selalu menjaga kebersihan dan kerapihan, agar pelanggan tidak kapok, dan malah terus bertambah pembelinya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun