Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Mata, Tidak Semerta Mampu Melihat Keadilan

11 Desember 2012   21:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:49 126 0
Aku pernah berfikir. Bahwa tuhan sangatlah adil. Bahkan jaksa, hakim dan pemangku keadilan di negri ngeri ini se-mili pun tidak, untuk menyentuh batas keadilanya. Jangankan inci, mili dan ukuran cartesius lainya, kerna yang mereka sentuh hanyalah keadilan kulit. Kulit hanyalah pelapis, untuk melapisi sesuatu yang lebih vital. Jika terhadap kulitnya saja dia tidak menyentuh, bagaimana ia mampu menumbangkan vital? Inti makna?

Malam seperti peluh,

merunduk jatuh, penuh keluh

Seperti purnama padam malam gulita,

tak kunjung, meski ada diundang, meski ada jadwal kunjung.

Ku ukir, sepasang mata siaga. ketika dingin menyapa,

diserpih tuhan menjatuhkan keinginan. Di tangkap tadah

di patok tengkorang Dari kaki sendiri. Kumal !

Seperti lelehan margarin, atau roti kering. Kerna terlarut lama

di detik penantian mikrowave. Melepuh, minta kau basuh.

Agar warna tak pudar, agar rasa tak tawar. atau malah pahit.

Seperti anci tanpa air. Jangan asal mencicipi !

Kerna semua terhalang batas. Katamu. yang lama lama aku mulai suka

melihat cara bicaramu. kerna dunia ini, adalah kulit.

jabatan bisa hilang, anak, orang tua, ibu, harta bahkan amal. bisa terkelupas

diterpa takdir.

Jangan menyerah. bisa kita balik !

yakinlah, bola itu bulat. kita bisa diberbagai sisi.

tergantung otak dan isi; hati.

Pekusirkan pikiran ! Tidak, aku tidak akan memaksamu kok.

Tempurun kita beda. Punyamu Jaran, punyaku Bighol

Itupun jika sampai sebrang, jika tidak. Cukuplah separuh jalan menuju sebrang.

Biar anak cucumu menangkap niatmu : Azm

Membasuh mukamu yang lusuh, dengan doa dan nama baptismu

ku ulang berkali. Agar sirna musnah risaumu.

Tidak lagi membujuk rayuku untuk persetubuhan di kebun belakang rumah.

Sial !

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun