Pohon pohon besar berdiri angkuh.
Tertutup belukar berduri tajam.
Jalan setapak di bibir jurang
berduri, berlumpur, dan licin.
Ngeri, aku ngeri.
Keningku berkerut, mataku memicing.
Ku undurkan langkahku.
Namun titik hatiku berbisik
lembut tapi menantang:
Mengapa engkau jadi ciut nyali?
Angkat mukamu.
Lihatlah!
Di dalam rimba itu...
di ujung jalan licin itu...
di atas tebing di balik bukit itu...
tersimpan mutiaramu.