Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola

Politik dan Sepakbola Semakin Tidak Bisa Dipisahkan

9 Januari 2024   11:15 Diperbarui: 9 Januari 2024   11:40 123 0

Konflik antara Israel dan Palestine belum kunjung usai, sampai sekarang Israel masih menyerang dan memborbardir tanah Gaza , total korban warga sipil yang meninggal dunia kini mencapai 23.000 orang lebih yang mana mayortitas dari korban adalah Wanita dan anak-anak. Sontak Konflik ini menjadi sorotan Dunia, banyak kalangan Masyarakat yang turut simpati mulai dari Masyarakat biasa hingga kalangan public figure.

Terbaru ada salah satu pesepakbola di Eropa yang turut mengucapkan rasa duka dan simpati nya kepada Warga Palestina, yaitu Anwar El Ghazi , pemain berkebangsaan Belanda yang saat ini bermain untuk salah satu klub di Bundesliga yaitu  Fc Mainz 05.  Ia memberikan rasa simpati dan dukungannya melalui postingan di platform Instagram , namun alih-alih ingin membela kebenaran, pihak Klub tiba-tiba saja memutus kontrak nya, tindakan ini diambil sebagai respon terhadap komentar dan postingan El Ghazi. Pihak klub pun tidak memberikan rincian lebih lanjut atas keputusannya memutus kontrak El Ghazi.

Tentu dalam kasus ini ada satu poin yang menjadi sorotan, Apakah politik dan sepakbola ini bisa dipisahkan ? Mari kita ulas.

Seperti yang sudah kita ketahui Permasalahan Israel dan Palestine ini adalah urusan politik, yang mana melibatkan Antar 2 negara yang berkonflik, sedangkan sepakbola adalah bidang olahraga yang mana seharusnya tidak ada hubungannya dengan urusan politik. Namun  beberapa tahun terakhir ini Politik dan Sepakbola semakin tidak bisa dipisahkan , Slogan ‘kick politics out of football” nampaknya tidak memberikan efek kepada pihak pihak terlibat untuk memisahkan politk dan sepakbola, bahkan di Eropa sendiri muncul standar ganda yang memberikan hal negatif kepada pihak yang merasa tidak mendapatkan keadilan.

Contohnya saja pada kasus standar ganda di Eropa yang menyudutkan pihak Rusia yang saat itu sedang ada konflik dengan Ukraina. Federasi UEFA dan FIFA bertindak seolah-olah tidak adil dengan mencoret Rusia dari Ajang piala dunia tahun 2022, ada pula pemilik klub Chelsea yaitu Roman Abramovich yang dipaksa untuk menjual Klubnya oleh pemerintah inggris karena ia berasal dari Rusia. Dari Kasus ini bisa dilihat Federasi lebih condong dan pro terhadap ukraina . Sedangkan kasus Anwar El Ghazi yang mana mayoritas Masyarakat Eropa itu pro terhadap Israel , pun mendapat perlakuan yang tidak adil. Pihak Federasi yang seharusnya bisa melindungi hak pesepakbola bahkan tidak melakukan tindakan apapun.

Sama halnya di dalam negeri , politik dan sepakbola pun tak bisa dipisahkan, pada saat menjelang piala dunia u-20 yang akan diselenggarakan di Indonesia, Berbagai kepala daerah turut menolak kehadiran negara israel yang akan mengikuti piala dunia, menurut mereka apabila kita membiarkan Israel bermain di Indonesia , sama saja kita tidak simpati dan membiarkan warga Palestina yang menderita. Padahal apabila kita melihat perspektif lain, bukan palestina saja yang harus kita dukung,kita bela, di Indonesia pun kasus kanjuruhan yang mana menewaskan ratusan nyawa tidak kita utamakan. Pihak lain merasa dirugikan atas tindakan yang menyangkut pautkan sepak bola dengan politik. Seperti anak anak timnas muda yang mempunyai mimpi bermain di piala dunia pun tidak kesampaian, karena pihak FIFA membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah.

Bila seperti ini , Panggung sepakbola yang seharusnya sebagai ranah hiburan , industri, kedepannya akan terus berkesinambungan dengan politik. Akan ada banyak kasus dari dampak korelasinya politik dan sepakbola ini, akan ada pihak yang nantinya merasa dirugikan dan tidak di adili karena hal negatif yang masuk ke dalam sepakbola.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun