Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Sejauh Mana Sih Persiapan Pernikahan Itu???

30 November 2013   13:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:29 136 0
Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda pada kami: "Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu." Muttafaq Alaihi.

Saudara/i ku yang dirahmati Allah...

ketahuilah, bahwa hal pertama yang semestinya terfikirkan oleh muslim/ah yang jatuh cinta adalah “pernikahan”. Bukan yang lain.

Karena ketika sudah terfikir wacana tersebut, maka muslim/ah itu akan mulai melangkah dengan motifnya masing-masing untuk mempersiapkan apa-apa yang diperlukan sebagai orang yang akan menikah. Dengan begitu pikirannya akan terjauhi dari maksiat dan dari kegiatan-kegiatan tidak bermanfaat lainnya dalam rangka pelampiasan rasa cintanya itu.

Ada firman Allah yang menyatakan bahwa lelaki yang baik untuk wanita yang baik, dan demikian sebaliknya. Itu ungkapan yang sering sekali kita dengar bukan?

Tapi saudara/i ku yang dicintai Allah... Baik itu definisinya seperti apa?

Sebelumnya kita semua harus tahu bahwa tidak ada manusia yang kebaikannya absolut tanpa cacat. Mau dicari? Sampai kapanpun pasti tidak ada manusia yang tidak memiliki kekurangan, itu sunnatullah.

Menikah itu bukan mencari kesempurnaan. Kebahagiaan dalam pernikahan itu lahir ketika suami-istri mau terbuka dan menerima kekurangan satu dan lainnya, kemudian bersama-sama berproses dalam perbaikan diri agar kedekatan mereka sekaligus mengantarkan pada kedekatan kepada Allah SWT. Subhanallaah...

Bahkan istri-istri Rasulullah pun tidak ada yang sempurna.

Sebut saja Khadijah. Istri pertama Rasulullah SAW, wanita yang paling dicintainya sepanjang sejarah berkeluarganya. Khadijah adalah wanita yang baik, rela berkorban jiwa dan raga untuk dakwah, merupakan keturunan dari keluarga ternama, kaya materinya, dan banyak lagi kelebihannya.. Tapi kita semua tahu bahwa selisih usia mereka lumayan jauh, Rasulullah yang berumur 25 tahun menikah dengan Khadijah yang berumur 40 tahun! Bahkan dengan kemuliaan-kemuliaannya, Khadijah diberi kekurangan berupa usia yang sudah lanjut ketika baru menikahi Rasul.

Sebut saja Aisyah. Istri Rasulullah yang paling cantik, imut-imut, lincah, selalu bersemangat, cerdas sekali keilmuannya, dan berbagai macam kelebihan-kelebihan yang Allah berikan kepadanya. Tapi apa saudara/i tahu? Beliau itu pencemburu luar biasa... Pernah suatu ketika Aisyah membanting piring di depan tamunya Rasulullah hanya karena saat itu sedang cemburu, dan masih ada riwayat-riwayat lainnya yang menceritakan kecemburuan seorang Aisyah.

Sepakat tidak ada seorang pun yang sempurna?

Rasulullah saja lah yang paling baik dijadikan teladan kesempurnaan seorang manusia. Meskipun begitu beliau juga memiliki kekurangan. Tapi atas rahmat dan karunia Allah, alhamdulillah beliau yang kita hormati dan cintai itu selalu terjaga dari berbagai maksiat.

Kembali ke pernikahan. Saudara/i ku, pernikahan itu perlu persiapan!

Apa saja persiapannya? yang pertama jelas adalah kesiapan aspek ruhiyah, setelah itu aspek fikriyah/tsaqofiyah, kemudian aspek fisik, lalu aspek finansial, dan terakhir adalah aspek sosial.

Penjelasan dari masing-masing kesiapan sila didefinisikan sendiri-sendiri..

Kelimanya penting, dan proporsinya disesuaikan dengan kondisi setiap muslim/ah yang bersangkutan.

Tapi… Satu hal yang perlu diingat betul adalah, bahwa persiapan-persiapan tersebut bukan hanya diusahakan dalam masa “pra-nikah” saja, tapi itu adalah rangkaian proses perbaikan diri dari pra-nikah, pasca-nikah, sampai mati. Persiapan tidak harus 100% saat memulai pernikahan, karena itu akan memakan waktu yang luar biasa lama, atau bahkan bisa tidak akan tercapai. Berapa persen pun itu, ketika sudah memenuhi syarat secara syari’ah (yaitu siapnya secara seksual, secara kecukupan ilmu, dan secara kematangan mental) maka sudah dapat dikatakan siap. Tentu saja dengan resiko yang berbeda di tiap persen tahap persiapannya.

Ingat juga bahwa pernikahan itu sendiri merupakan bagian dari proses perbaikan kualitas keimanan dan kehidupan seseorang, jangan dijadikan sebagai target akhir ya.

Dan yang paling penting, bismillah lillah fillah

(Sedikit cuplikan dari beberapa kajian pernikahan)
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun