[caption id="" align="aligncenter" width="259" caption="gambar (kaskus.co.id)"][/caption] Dunia mungkin jungkir balik, bertautan namun tidak dalam kenormalan, melepaskan setiap bagian yang kadang menertawakan sifat dan kepribadian kita sebagai bangsa. Proses itu tak diduga dan disangka, pada akhirnya menelanjangi sifat-sifat primitif kita bahwa Indonesia menapak pada sebuah istilah kolotisme. Kestabilan logika diuji, Perlahan namun pasti keegoan akan pemujaan sifat kebarat-baratan benar-benar melukai sejarah leluhur bangsa, menistakan nilai keanekaragaman yang hayati dan bermakna fanatisme sempit bahwa biru akan membiru. Tinggal keusangan nantinya menjadi bagian dari materi yang bernama produk Indonesia. Begitulah primodarlisme menetas dalam sumbu yang salah, kesalahan elementer yang tak mendukung keIndonesian akhirnya ditelisik pihak luar yang datang dengan gerbong kemewahan yang didukung simpul kemiskinan yang menyeruak didalam negeri, bangsa ini kehilangan jati diri dan lupa akan budaya sendiri, identitas kadang bernilai amat mahal dan ironisnya kita sadar akan hal itu. Tengoklah bagaimana jersey Manchester United dibuat dengan bernafaskan Indonesia, berkelas dan penuh pemujaan membanjiri mpunya. Buatan Indonesia yang diolah orang Indonesia nangkring dengan kelas yang boleh dibilang mewah, kita memetamorfosa kedalam tingkat yang berbeda tapi bangsa kita justru mengkerdilkan karya anak bangsa, produk Indonesia dituduh tak akan sampai kelevel tersebut. Nike pun juga mengilhami bagaimana ketidakpercayaan kita bahwa tangan terampil bangsa Indonesia mampu mengukir maha karya yang disertai pujian setinggi langit dari berbagai kalangan nun jauh disana, tapi sekali lagi dibalik itu semua ada fakta pahit, "nilai" akan mahakarya buruh yang tak sepadan dengan hasilnya membuat para tuan bersuka cita diatas kesengsaraan kaum buruh, keterlaluan. New Blance, Dolce & Gabana, Zara memiliki unsur yang kesempurnaan kerja bangsa Indonesia, nilai produk mereka bukanlah apa-apa jika menggunakan merek lokal namun dengan nama besar mereka yang sudah terlalu besar, harga bisa melonjak puluhan kali lipat, produk Indonesia menjadi berlian di luar negeri, naas sebagian dari kita tergila-gila dengan membelinya tapi atas nama merek asing produk mereka. PT. Sritex Solo sudah menasbihkan kebangkitan sunyi tanpa hingar bingar produk mereka dengan mejeng di seragam militer Nato walaupun serupa dengan nasib pabrik tekstil lainnya namun kita harus bangga paling tidak dari tangan yang terampil yang penuh keikhlasan lahir mahakarya yang dipuji dunia internasional. Kami sedang menggalakan penggunan produk Indonesia, follow twitter kami :
@minesia_store atau kunjungi blog kami :
MadeinIndonesia
KEMBALI KE ARTIKEL