Ketika seseorang (baik guru, orang tua, sesama siswa maupun masyarakat yang berada didalam lingkungan sosial) ingin mengetahui seberapa besar atau baiknya siswa dalam proses belajarnya adalah melakukan pengukuran tes dengan standar yang sama. Tes tersebut sebagian besar mengenai menghitung. Dari hasil “matematika” tersebut maka dapat ditentukan siswa dengan kemampuan baik dan yang kurang baik. Rasanya kurang adil memang bila tolak ukur pengukuran adalah menghitung, namun begitulah yang terjadi di dalam lingkungan sosial dalam skala kecil dan dunia dalam skala besar. Namun, kenyataannya membaca sering diremehkan karena semua orang sudah bisa membaca huruf, kata atau kalimat bukan ? Menghitung berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia adalah mencari jumlahnya (sisanya, pendapatannya) dengan menjumlahkan, mengurangi, membilang untuk mengetahui berapa jumlahnya (banyaknya atau menentukan atau menetapkan menurut (berdasarkan) sesuatu. Dalam artian bila seseorang menguasai kemampuan menghitung maka dapat memberikan sebuah keputusan logis dan akurat. Oleh karenanya, baik orang tua maupun siswa sangat khawatir bila tidak menguasai materi menghitung sehingga memerlukan perhatian khusus pada mata pelajaran tersebut. Akibatnya adalah anak akan memprioritas mata pelajaran menghitung tersebut, mengikuti les tambahan menghitung, dan yang terburuk adalah bila siswa juga tidak mampu menguasai maka akan muncul stigma bahwa mata pelajaran menghitung itu sulit dan harus dihindari. Hal ini lah justru mematikan motivasi anak dalam mempelajari sesuatu yang baru. Namun, bagaimana dengan membaca? Buku merupakan jendela dunia, banyak sumber pengetahuan dari zaman terdahulu tertuang dalam tulisan yang dimuat dalam buku. Sejarah, puisi, berbagai teori bahkan kitab suci tertuang dalam tulisan yang dimuat dalam buku. Adakah yang mengalami kesulitan dalam memahami pengetahuan tersebut ? Pastinya ada, hal ini dikarenakan kesulitan dalam membaca. Membaca dalam artian memahami makna tulisan. Untuk dapat memahami makna tulisan,maka tidak bisa dilakukan dengan sekali atau dua kali membaca dari satu buah sumber. Namun harus dari berbagai sumber yang kemudian dipadupadankan menjadi satu menjadi kesimpulan yang utuh. Namun, pertanyaannya adalah apakah membaca itu sulit ? Nah, berikut Kami memberikan infografik mengenai mana yang lebih sulit antara menghitung atau membaca. Infografik tersebut berdasarkan sumber dari situs
Edudemic dengan menggunakan sampel salah satu sekolah menengah pertama yang berada di New York. Sekolah tersebut merupakan sekolah dengan siswa berkemampuan “rendah”.
KEMBALI KE ARTIKEL