Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Otak dan Persepsi

16 Agustus 2011   10:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:44 3826 1

Setiap manusia memiliki pemahaman dan cara pandang yang berbeda dalam menilai ataupun melihat dunia. Perbedaan pendapat seseorang yang mengatakan bahwa dunia itu “berwarna”, atau “hitam-putih” bisa terjadi akibat dari perbedaan cara otak merespon rangsang yang diterima.

Persepsi manusia sering dikaitkan dengan bagaimana suatu rangsang atau stimulus ditanggapi dan ditafsirkan agar menciptakan kesan pada lingkungannya. Dalam hubungannya dengan sensasi[1], persepsi bukan hanya sekedar proses penginderaan, karena rasa manis, rasa pahit, sentuhan, sapaan dan sebagainya dapat diinterpretasikan secara amat berbeda tergantung apa yang menyebabkan serta dari konteks yang lebih luas (kebiasaan, selera, dll).

Terkait dengan proses bagaimana persepsi terbentuk, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemahaman seseorang tentang persepsi. Hal tersebut termasuk diantaranya perhatian yang selektif, ciri-ciri rangsang, nilai dan kebutuhan individu, serta pengalaman terdahulu.

Contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari mengenai persepsi misalnya seperti seorang seniman dan orang awam. Seorang seniman cenderung untuk bisa mendapatkan kesan dari satu benda seni meskipun menurut orang awam benda tersebut sama sekali tidak memiliki unsur seni.

Kegagalan dan kekeliruan dalam proses persepsi biasanya didapat dari pengalaman yang pernah terjadi atau yang pada umumnya terjadi. Seperti pen-stereotipe-an sekelompok orang yang sebenarnya tidak memiliki sifat-sifat yang tergeneralisir tersebut. Kita ambil contoh mengapa orang Afrika selalu dianggap kaum terbelakang dan tertindas, padahal tidak semua orang Afrika seperti itu. Hal itu terjadi karena pada era sebelum masa kini, orang Afrika kerapkali diimpor sebagai budak ke negara-negara maju dengan istilah “Arang”. Mungkin hal inilah yang mendasari penjabaran streotipe orang Afrika di masa kini.

Apparent Motion

Pada tahun 1912 seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman, Max Wertheirmer, mengadakan penelitian mengenai isu yang sekarang memiliki posisi inti dalam berbagai studi kasus mengenai persepsi gerak, atau yang lebih dikenal sebagai Wertheimer’s Monograph.

Wertheimer menganalisa sebuah kasus sederhana mengenai dua objek diam yang diletakkan dalam posisi berbeda akan menghasilkan gerakan—sifat yang mengiringinya tidak dimiliki oleh satu objek saja, yang dinamakan gerak semu. Pergerakan semu dihubungkan kedalam beberapa faktor seperti : (a) proses yang disesuaikan dengan gerak mata; dan (b) kesimpulan kognitif dari tipe “ saya lihat X, saya lihat Y, maka X pasti berpindah ke Y”.

Gambar 1proses deteksi pergerakan mata. Frame 1-3 diperlihatkan secara cepat dan bergantian, lalu yang tertangkap oleh otak adalah Frame 4 dimana posisi benda vertikal seolah berpindah ke posisi benda horizontal.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun