Dear Kompasianers.
Dengan makin narsisnya foto para calon gubernur DKI di media cetak, elektronik sampai yang merusak keindahan lingkungan kita melalui spanduk dan pamfletnya, hal itu tentu membangun kesan tentang mereka dalam pikiran kita. Sah-sah saja mereka narsis dalam rangka kampanye merebut hati pemilih. Sebaliknya, sah juga bagi kita memberi kesan atau menertawakan kenarsisan tampang mereka.
Nah, dari pengalaman saya mengamati tampang para cagub dari penampilan mereka, berinteraksi langsung dengan sebagian dari mereka, termasuk orang dekat dan pembantu para kandidat itu, mari urai kesan kita satu-persatu (tidak berdasar urutan KPUD):
Hendardji Supandji
Tidak salah kalau Hendardji kita anggap sebagai the next smiling general. Sosok murah senyum ini dalam diam pun masih tampak tersenyum ramah. Ini kontras dengan dua saudaranya yang juga sukses sebagai pejabat birokrasi. Hendarman Supandji (mantan Jagung dan sekarang Kepala BPN) dan Budi Susilo Supandji (kalau ga salah masih Dirjen Potensi Pertahanan Dephan), keduanya berwajah serius sekali. Mungkin karena kesan ramahnya ini pula tim Foke Nara lebih baik dongkol karena terobosan Pak Hendardji mengurai jargon kumis-nya foke sebagai kumuh dan miskin. Jika sukses terpilih, saya bayangkan Jakarta akan lebih tersenyum. Tapi kalaupun kalah, besar kans Pak Hendardji menjadi seorang komedian.
Alex Nurdin
Inilah penggombal sejati dengan jargon 3 tahun bisa. Alex Nurdin selalu tampil meyakinkan dengan gagasan fantantis bahkan runut sampai ke detail. Pak Alex cukup tahu kapan dia perlu tersenyum, bersikap lugas, dan kadang berwajah tegas. Emang sih, jam terbang Pak Alex sebagai kepala daerah tidak bisa dipandang remeh. Sebagai Gubernur Sumsel setengah periode dan Bupati Muba satu setengah periode cukup banyak kemajuan yang dihasilkannya. Tapi memperbaiki banjir, macet, preman, kumuh, miskin bisa dalam 3 tahun kayaknya gombal banget deh Pak. Kalaupun Bapak terpilih dan janjinya tidak terealisasi menyeluruh paling dia bilang, “lho, saya kan tidak bilang semua wilayah bisa teratasi dalam 3 tahun. Sebagian dulu lah, hahaha…. Makanya pilih lagi periode kedua.” Jika Pak Alex masih muda, saya bayangkan tiada halangan baginya menaklukkan hati wanita. Mungkin masih berlaku dalam usianya sekarang, hahahaha….
Hidayat Nurwahid
Wah, saya hampir speechless menilai Pak Hidayat. Saat tampil di TV, dia selalu menyatakan pendapatnya dengan bersemangat. Saking sangat bersemangat, kita bingung menangkap apa maksudnya. Retorika Hidayat seperti komedi putar dengan materi yang melompat-lompat (sirkus kaleee… hahahaha). Walau begitu, saya percaya bahwa sebenarnya Pak Hidayat punya konsep yang positif. Hanya saja, dalam presentasi, dialog atau debat, Pak Hidayat perlu mengatur irama. Jangan sampai omongannya yang cepat tampak seperti kumur-kumur, hahahaha. Beruntung Pak Hidayat di dampingi Profesor Didik Junaedi Rachbini. Andai Bapak terpilih, dia bisa diandalkan sebagai komunikator handal. Tapi andai Pak Hidayat kalah, profesi lain seperti presenter TV atau Rapper yang bicara satu arah sepertinya cocok untuk jadi alternatif karir pasca pensiun dari DPR, hahahaha…
Bersambung ke bagian 2
http://politik.kompasiana.com/2012/07/07/menertawakan-tampang-cagub-dki-2/