Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Teori Habitus oleh Pierre Bourdieu

15 Desember 2022   16:00 Diperbarui: 15 Desember 2022   16:05 305 0
Pierre Bourdieu ialah seorang tokoh sosiologi kultural. Ia lahir tanggal 1 April 1930 di Denguin wilayah Bearn Timur yang merupakan anak dari seorang pegawai negeri. Pierre masuk ecole normale superieure di Prancis tahun 1950. Pemikiran dan karyanya sangat berpengaruh di abad ke 20 dan banyak dipengaruhi oleh para pemikir seperti Aristoteles, Thomas Aquinas, Hegel, Marx Weber, Durkheim dan lain-lain. Pierre sebagai seorang filsuf dan antropolog.

Pemikirannya sangat berpengaruh dalam bidang ilmu sosial, khususnya dalam kajian budaya. Pemikiran Pierre memberikan kita sebuah refleksi untuk memahami gejala sosial kemasyarakatan yang mana kita sendiri secara tidak sadar telah melakukan kebiasaan atau disebut sebagai habitus. Memahami pemikiran Pierre tentang habitus. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas pada proses interaksi dan komunikasi sosial antar sesama individu maupun antar kelompok masyarakat. Interaksi dan komunikasi sosial yang terjadi ketika manusia itu lahir yang dimulai dengan proses terhadap nilai-nilai dan norma yang berlaku, dimana kita sendiri telah menjalankan habitus atau kebiasaan itu sudah sejak lama.

Habitus merupakan produk sejarah yang terbentuk setelah manusia lahir, ia berinteraksi dengan individu dan masyarakat dalam ruang dan waktu tertentu. Habitus bukan bawaan alamiah tetapi merupakan hasil pembelajaran melalui pengasuhan dan bersosialisasi dalam masyarakat. Saya mengetahui teori habitus dari berbagai sumber jurnal yang ada diinternet, menurut saya secara singkat habitus adalah kebiasaan yang sudah melekat dan dilakukan secara berulang-ulang oleh manusia dalam kehidupannya sehari-hari.

Bagi Pierre Bourdieu habitus atau kebiasaan kita itu secara eksklusif oleh sisi eksternal dari diri kita artinya kebiasaan kita itu bukan kebiasaan yang natural atau sesuatu yang alamiah, melainkan sesuatu yang konstruktif. Diri kita dikonstitusi oleh lingkungan kita sehingga kita selalu menyerupai atau menjadi seperti apa yang lingkungan inginkan terhadap diri kita, termasuk kebiasaan kita. Artinya jika lingkungan kita itu adalah lingkungan berkelas maka mental kita itu juga terbentuk secara berkelas artinya kebiasaan kita itu juga merupakan kebiasaan yang berkelas.

Contoh jika diterapkan dalam kehidupan, misal  kita terlahir dari keluarga kaya, kemudian orang tua kita selalu memilihkan makanan, fashion hingga segala kebutuhan yang kelas atas, maka ketika kita hidup di lingkungan sosial, selera kita juga akan selalu mengikuti selera yang dibentuk oleh orang tua kita terhadap kita. Ketika kita memilih makanan selalu memilih yang mahal bukan karena makanannya enak tapi karena ada brand atau nilai simbol dibaliknya yang mewakili nilai kelas atas tersebut. Selain itu gengsi kita dan harga diri kita semua itu selalu termanifestasikan ke dalam praktek sosial kita atau kebiasaan kita.

Contoh habit lain jika ada keluarga kelas atas maka seleranya akan memilih kelas atas sedangkan keluarga kelas bawah maka seleranya akan memilih kelas bawah dan begitu seterusnya, dan itu juga yang nantinya akan menjadi porsi bagi diri kita untuk bersosial dalam suatu kelompok dan tentu saja kelompok yang kita maksud adalah kelompok yang arena. Sangat jarang kita melihat orang kelas atas menyekolahkan anaknya di kelas bawah. Selalu ada ruang atau wilayah tertentu yang terbatasi oleh persepsi mengenai kebiasaan.

Maka dari sana bisa dikatakan bahwa kebiasaan kita itu termanifestasikan dalam pola fisik dan juga mental kita. Fisik berarti sesuatu yang kita tampilkan keluar bukan berarti mengenai bentuk mata, hidung alis, dsb. Melainkan berbicara mengenai bagaimana kita menampilkan diri kita ke publik sementara mental kita, yang dimaksud mental adalah bagaimana kita memiliki selera (selera kelas atas dan kelas bawah). Dari sana kebiasaan menentukan kelas dan tentu saja kebiasaan yang akan kita bawa ke dalam suatu arena.

Sumber :

Karnanta, K. Y. (2013). Paradigma Teori Arena Produksi Kultural Sastra: Kajian Terhadap Pemikiran Pierre Bourdieu. Jurnal Poetika, 1.
Mengenalkan Pemikiran Pierre Bourdieu Untuk Sastra Elly Prihasti Wuriyani Dosen di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas. (n.d.). Digital Repository Universitas Negeri Medan. Retrieved December 15, 2022.
Siregar, M. (2016). Teori Gado-Gado Pierre Bourdieu. Jurnal Studi Kultural, 1.
Youtube Sosiologi Info Memahami Pemikiran Bourdieu: Habitus dan Contohnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun