Latar ruangan sebuah kafé. Di sana terpajang benda-benda kuno. Berkesan antik tidak mistik. Botol-botol pecah bekas minuman anggur terpajang di rak-rak tua. Teropong keker, radio rusak, mesin ketik kuno nangkring di ruang kafé. Kipas angin jaman dulu (jadul) pun ikut “mejeng”. Foto-foto Ir. Soekarno, para pejuang ‘45 dan sejumlah lukisan jadul menghiasi dindingnya. Perabotan keluarga seperti meja kursi tua semakin menambah kesan angkernya. Meski demikian, kafé itu nyaman untuk tempat bersantap. Apalagi ditemani kentang goreng sambil menyeruput kopi tubruk. Segmen pasarnya mayoritas kawula muda. Berbekal Rp 15.000/orang, mereka bisa berdiskusi bersama 10-15 peserta sekaligus menikmati sajian ala kedai kopi bernama
Roemah Coffee Loe Mien Toe. Selfi pun boleh, hehe.
KEMBALI KE ARTIKEL