Awalnya aku lihat Mbak Wardah biasa-biasa saja, dia itu layaknya ibu muda karir lainnya. Kesan itu aku peroleh saat mengikuti workshop di Kampus Universitas Brawijaya (UB) Kota Malang, kebetulan saat itu dia berperan sebagai Master of Ceremony. Pengalaman itu terjadi pada 12 Mei 2015, saat mengikuti diskusi dengan tema “Strategi dan Inovasi Bisnis di Media Online</em>”. Meski saya sudah menjadi anggota Kompasianer sejak Maret 2014, saya baru bertemu langsung dan bertatap muka dengannya pada saat diskusi itu terjadi. Kesanku berubah, saat tahu dia adalah role model bagi perempuan cantik Indonesia. Dia adalah sang jurnalis penuh gairah, penulis multi talenta, komunikator penuh semangat, punya segudang pengalaman dan beberapa prestasi bergengsi pernah diraihnya. Ia lancar berbahasa Inggris dan juga sangat peduli terhadap nasib kaum perempuan. Inilah kisahnya.
Mbak Wardah, biasa dipanggil Mbak Wawa. Ketika aku katakan bahwa dalam pribadi Mbak Wawa penuh inspirasi, dia tertawa sedikit ditahan, haha… emang apanya yang menginspirasi Mas? Mungkin dianggapnya aku menggoda. Dia tidak mau bercerita banyak, mungkin baru kenal. Tetapi beberapi hari kemudian, setelah aku sering berinteraksi dengannya lewat media sosial selama bulan Mei 2015, sedikit demi sedikit pribadinya semakin aku kenal. Sebelumnya aku juga sempat ngobrol nyantai di luar forum, selepas acara workshop sekitar jam 17.00 Wib pada Mei 2015 itu. Dia, saya dan sahabat-sahabat Blogger Kompasianer Malang berkumpul di @MX-Mall-Malang Town Square Kota Malang. Aku makin kagum pada passion, semangat dan kecantikan prestasinya. Batinku, dia layak jadi role model bagi citra cantik Indonesia lainnya.
Saya mulai cerita dari sisi sosialnya, sebelum dinamika profesinya dikisahkan. Mbak Wawa sudah terbiasa menyempatkan diri menjenguk keluarganya. Meski sesibuk apapun, ia berusaha menemui sanak keluarga yang menjadi bagian dari hidupnya. Ketika sempat mampir di Malang, ia memberitakan:
“…Oleh oleh dari Malang...anakku Day makin pinter ngoceh... makin jago merangkai kata di usianya 2 tahun 2 bulan... meski motorik kasarnya masih harus dilatih, pelan-pelan kita kejar keterlambatannya ya Day... sabaaar... "ayo...renang". Itu kata-kata favorit dia sekeluarga”.
Salah satu bukti lain bahwa ia peduli dan sayang anak-anak, tidak saja terhadap anak-anak dari keluarganya sendiri adalah ketika ia bergabung dengan Komisi Nasional Perempuan (Komnas Perempuan). Sejak November 2009-2010, selama delapan bulan Mbak Wawa menjadi pejuang Hak-Hak Asasi Manusia, terutama untuk kaum Hawa. Ketika ditanya apa saja aktivitasnya selama di Komnas HAM itu, ia menuliskannya dalam bahasa Inggris, salah satu keterampilan tambahan yang semakin mempercantik dirinya sebagai seorang jurnalis. Ia menyatakan demikian:
“Serving people, mainly women, who reporting their case as victim of domestic violence, documenting their cases, and compiling cases to support the production of an annual report of National Commission on Violence Against Women”.