Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Catatan Kecil dari Lebanon-16: Pengemis Kecil di Pusat Kota Tyre

2 Maret 2013   20:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:25 392 0
[caption id="attachment_246587" align="alignnone" width="444" caption="Aksi  pengemis kecil di pusat kota Tyre"][/caption]

Pada awal Februari 2013, aku diminta mengantar tiga rekanku (dua orang driver dan satu mekanik) mencari pengganti sparepart untuk mobil Ford Everest milik satgasku di kota Tyre (kota terbesar ke-4 di Lebanon) yang berjarak sekitar satu jam perjalanan dari Markasku di Naqoura, Lebanon Selatan. Sebenarnya aku kurang mengetahui seluk beluk sparepart mobil, tetapi karena aku diminta mendampingi untuk sekedar membantu proses komunikasi (bahasa inggrisku dianggap lumayan) maka akhirnya aku pun berangkat berempat dengan Ford Everest menyusuri jalanan pinggir pantai sepanjang jalan Naqoura ke pusat kota Tyre.

Tiba di pusat kota Tyre, hari mulai siang. Suasana jalanan saat itu cukup macet, meski kendaraan tidak terlalu berjubel seperti di Jakarta. Mobil kami dengan tulisan Unifil di plat dan body kendaraan ditambah dengan sebuah bendera biru berlogo UN yang dipasang di belakang, mulai mencari-cari tempat parkir yang kosong. Sembari mencari parkir di pinggir jalanan kota, aku dan seorang rekanku turun dari mobil dan mulai bertanya-tanya kepada warga tentang toko atau bengkel yang menyediakan sparepart mobil Ford Everest.

Saat aku keluar dari sebuah toko untuk menanyakan letak toko yang bersangkutan, aku melihat seorang pengemis dengan pakaian yang khas, kumal, berusia sekitar 10-13 tahun sedang “merayu” rekanku agar mau memberikan sedekah. Aku mendatangi mereka. Tiba-tiba si pengemis cilik berubah arah meminta dengan sangat memelas kepadaku sembari berkata, “ one dolar…. One dolar ……(dilanjutkan dengan kata-kata dalam bahasa Arab yang tidak aku mengerti). Aku menggeleng sambil memandangnya. Ia tambah memelas dengan tidak melepaskan kata-kata yang sama, “ one dolar …. One dolar… “. Aku ragu antara memberi dan tidak. Saat itu, rekanku memberi kode agar aku tidak memberi sedekah kepadanya. Akhirnya aku menggeleng kembali, sambil mengajak rekanku mencari sebuah toko sesuai informasi yang aku terima saat aku bertanya-tanya tadi.

Setelah beranjak dari tempat tersebut, sang pengemis cilik ini ternyata tetap mengikuti kami dengan kata-kata memelas yang tidak pernah berubah, “ one dolar …. One dolar (dengan tambahan kalimat dalam bahasa Arab yang tidak juga aku mengerti)”. Aku tetap menggeleng. Tetapi ia tidak putus asa untuk selalu “mengejar” kami. Dua rekanku yang baru bergabung setelah memarkir mobilpun tak luput dari rayuan sang pengemis cilik. Kami ternyata memiliki pemikiran yang sama, “jangan diberi!”. Tetapi untuk beberapa lama sang pengemis tetap saja mengikuti kemana saja kami pergi sehingga kami merasa rikuh (apalagi karena suasana jalanan yang macet membuat kami menjadi pusat perhatian para pengguna jalan).

Dalam situasi yang kurang menguntungkan tersebut, seorang warga Kota Tyre berusaha membantu kami mengusir sang pengemis cilik dengan cara menghardik dengan bahasa Lebanon yang kurang aku mengerti. Si pengemis cilik itu menurut dan menjauh dari kami. Tetapi ia kembali mengejar kami sambil tetap mengharapkan kami mau memberinya uang satu dolar. Aku menghadapinya dengan satu senyuman diiringi gelengan kepala. Si pengemis akhirnya menyerah dan kami pun bebas dari kejaran sang pengemis cilik. Dalam hati aku merasa “berdosa” karena tidak bisa memberikan sesuatu yang mungkin saat itu ia sangat memerlukannya. Tetapi rasa kemanusiaanku termasuk rekan-rekanku saat itu tertindih oleh seragam yang melekat di baju kami, yakni seragam UN.

Sebagai manusia, kami tahu persis,pengemis merupakan orang yang patut dikasihani. Apalagi bila teringat kata-kata para ulama, bahwa sebagian dari harta kita adalah “milik” mereka, sehingga dalam beberapa kesempatan kalau kita bertemu dengan orang-orang yang patut “dikasihani” seperti mereka (asalkan benar-benar sesuai dengan keadaan mereka yang miskin), tidak segan-segan kita merogoh kocek untuk mereka.

Namun untuk memberikan sedikit “uluran tangan” kepada pengemis di daerah penugasan seperti Lebanon iniperlu ekstra hati-hati karena beberapa hal. Pertama, kalau kita memberi “uang” kepada mereka maka tak berapa lama akan “diserbu” oleh pengemis lain (teman-temannya yang sengaja dipanggil/ diundang) yang selanjutnya meminta “sedekah” yang sama. Coba bayangkan, betapa repotnyakalau sudah dikerubuti para pengemis yang sebagian diantaranya tidak segan-segan untuk merogoh sendiri dompet yang ada di saku celana kita. Kejadian ini pernah dialami rekanku (dari satgas lain)yang “kelabakan” dirubungi puluhan pengemis, gara-gara ia memberi sedekah satu dolar kepada seorang pengemis kecil. Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah status kami sebagai pasukan perdamaian dunia yang bernaung di bawah Unifil yang harus memegang teguh sikap netral dan imparsial. Suatu ketika Unifil pernah mendapatkan klaim dari Israel gara-gara seorang prajuritnya memberikan “sedekah” kepada seorang pengemis. Selidik punya selidik, saat sang tentara memberikan sedekah,ternyata terekam oleh salah seorang anggota LSM Israel yang banyak beroperasi di Lebanon. Hasil jepretan kamera mini tersebut selanjutnya dipublikasikan yang kemudian berujung dikeluarkannya nota protes kepada petinggi Unifil di Naqoura.

Pengalaman-pengalaman tersebut itulah yang membuat aku dan juga rekan-rekanku menjadi “raja tega”terhadap nasib para pengemis termasuk seorang pengemis kecil yang aku temui di kota Tyre.

***

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun