Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Mezzoforte VI

12 September 2010   13:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:17 45 0
***

,,Sheila...” sapa Bintang ketika Sheila hendak berjalan pulang.
,,Bintang..”sahut Sheila sedikit kaget.
,,Gak dijemput, La?”
,,Gak nih,Bin. Aku naik Transjakarta aja. Hehe”
,,Naik yang ke arah Blok M ya?”
,,Iya. Kamu juga, Bin?”
,,Iya, bareng aja ya !”
,,Ok”

Mereka berlalu ke arah terminal Busway Grogol. Sepanjang perjalanan, tak satupun kata yang keluar dari bibir mereka. Alunan musik berasal dari Saksofon yang dimainkan seorang musisi jalan mencairkan suasana yang sedikit dingin. Ia memainkan lagu A Whole New World yang menjadi soundtrack film Disney Aladin. Salah satu lagu yang Sheila sering mainkan dengan piano kesayangannya.
,,La, kamu jago main piano ya?” tanya Bintang mengawali pembicaraan di dalam Transjakarta.
,,Ah gak koq Bin, Nia tuh yang berlebihan” jawab Sheila malu.
,,Udah lah La, ngaku aja! Lagian bagus dong kalau kamu jago. Kan bisa ngajar anak-anak”
,,Hehe,, aku gak jago-jago amat kok, Bin.”
,,Kita coba besok yah, La. Aku mau liat kamu main piano”
,,Duh Bin, gimana ya?”
,,Kenapa La?”
,,Gak” jawab Sheila singkat dan masih menyisakan keraguan untuk memainkan piano di depan pria ini.

***

Adik-adik telah berkumpul untuk berangkat bersama ke rumah bu Dewi. Hanya di sana terdapat alat-alat musik yang lengkap dan masih bisa digunakan. Bintang dan Sheila yang dapat meluangkan waktunya di hari itu. Nia berhalangan hadir karena sibuk mempersiapkan pengajian mingguan yang dilakukan organisasi Islam kampus.
Bu Dewi menyambut kedatangan mereka dengan hangat dan segera mempersilahkan mereka untuk memakai alat-alat musik apapun yang mereka suka. Adik-adik meminta Sheila memainkan sebuah lagu, Dita memintanya untuk memainkan lagu When You Wish Upon a Star. Karena permintaan adik kecilnya itu, Sheila tidak tega untuk menolak dan ia pun memainkan dengan baik. Dita terlihat senang mendengar alunan lagu itu dan ia pun ikut menyanyikannya.

,,Sheila, permainan pianomu bagus ,” puji Bintang dengan senyumannya.
,,Terima kasih, Bin,” kata Sheila senang.
,,Hmm,, aku dengar dari Nia, kamu mau ikutan audisi ya?”
,,Belum tau, Bin. Aku masih ragu”
,,Lho, kenapa masih ragu, La?”
,,Bin, aku masih gak bisa main kalau di depan orang banyak. Aku takut salah, Bin”
,,Hmm, gini yah La, aku boleh kasih masukan?”
Sheila mengangguk.
,,La, kamu udah lama kenal adik-adik kita kan?”
,,Iya,Bin. Aku sudah cukup baik mengenal mereka”
,,Aku yakin, kamu pasti sudah mengenal semangat mereka. Mereka tidak memiliki nasib sebaik kamu, La. Untuk makan, mereka harus berjuang mendapatkan uang dulu lewat ngamen. Dan kamu tau kan, ngamen itu kayak gimana? Main musik di depan orang banyak, yang terkadang ada yang menaruh rasa iba dan ada juga yang memandang sinis kepada mereka. Tapi mereka tetap percaya Allah SWT pasti menolong mereka di saat mereka merasa lapar. Makanya, kita harus mensyukuri karunia yang telah diberikan-Nya untuk kita dan karunia itu salah satunya ada dalam bakatmu,La.” tutur Bintang pelan sambil menahan batuknya.
,,Iya Bin, aku tau.”
,,Aku tahu, kamu selalu mengeluhkan si tanda mf (Mezzoforte) itu. Heehee. Tapi,,, saranku, mainkan dengan hatimu, Sheila. Seperti kamu menyayangi mereka tanpa melihat adanya suatu balasan, tanpa kamu melihat keuntungannya bagimu. Kamu ikutan aja yah,La. Kesempatan itu sudah ada di depanmu. Kesempatan belum tentu datang untuk kedua kalinya. Selagi masih diberikan kesempatan oleh Allah SWT, apa salahnya dicoba? Aku yakin, musikmu bisa memberikan manfaat bagi orang-orang yang mendengarnya. Aku yakin kamu bisa, La. Percaya deh.” lanjut Bintang sambil tersenyum dan sedikit terbatuk.

***

Sheila termenung, lamunannya tertuju pada nasihat dari pria muda itu. Ia tidak dapat melupakan setiap kata yang terucap dari Bintang. Sungguh, baru sekali ini ia merasakan kekaguman yang berbeda terhadap seorang pria.
,,Sheila sayang !” seru perempuan paruh baya itu membuyarkan lamunannya.
,,Mama !” sahut Sheila.
,,Lagi apa,nak? Kemarin pulang malam lagi ya?”
,,Iya,ma”
,,Memangnya masih sibuk organisasi,La?”
,,Gak,ma. Sheila ikut kegiatan baru,Ma. Ada tempat yang harus Sheila sering datengin nih,Ma”
,,Apa itu, nak?”
,,Ada perkumuhan di dekat kampus, teman-teman dan Sheila punya proyek rumah singgah buat adik-adik di sana, Ma”
,,Hah? Apaan itu? Rumah Singgah? Aduh Sheila, sudahlah belajar saja yang fokus! Kamu mau nilaimu anjlok, lagia n kan lagi skripsi!”
,,Ma, percaya deh, Sheila insyaAllah bisa bagi waktu buat skripsi Sheila. Mama gak usah khawatir. InsyaAllah apa yang Sheila jalanin diridhoi Allah SWT dan membawa berkah buat kita”
,,Tapi Sheila, kamu nanti terbiasa sama lingkungan kumuh, gak baik untuk kesehatan kamu! Aduh nih anak susah amat dibilangin!”
,,Astagfirullah mama, Sheila gak nyangka mama segitu angkuhnya! Inget ma, semua milik-Nya. Kita semua sama di hadapan-Nya, yang membedakan hanya tingkat ketaqwaan kita!”

Sheila kesal atas kesombongan ibunya itu, suasana di kamarnya tidak sehangat dahulu ketika ibunya belum berkecimpung ke dalam bisnis keluarga besar Wargadisastra. Ibunya terdiam mendengar penuturan Sheila.

,,Nyonya Gita, ada telpon dari Tuan Aryo,” suara Bi Ulfah memecahkan keheningan dari depan pintu.
Mama segera beranjak dari kasur Sheila dan menuju ke ruang keluarga.
,,Neng Sheila, bibi udah masakin air hangat untuk mandi. Ayo atuh, sok mandi, biar wangi” ujar Bi Ulfah.
,,Iya Bi, bentar lagi”
,,Lho,, emang gak bimbingan skripsi, Neng?”
,,Gak Bi, hari ini Sheila mau jalan sebentar sama temen”
,,Oh gitu, ya udah Neng, pesen bibi mah, jangan ninggalin skripsi Neng Sheila, yaaah, bibi tau, Neng lagi sibuk sama urusan di luar, kan bibi mau liat Neng cepet jadi sarjana. Hehhe”
,,Oke boss, sipp,, tenang aja! Hehehe”

Bi Ulfah, seseorang yang Sheila sudah anggap sebagai ibunya. Baginya, kini seorang wanita yang jauh lebih perhatian daripada ibu kandungnya adalah Bi Ulfah. Ia selalu mendengarkan cerita-cerita Sheila dan memberikan nasihat yang membuat Sheila semakin sayang padanya. Tahun ini, Bi Ulfah akan ikut suaminya ke Rusia karena suaminya akan bekerja di sana. Sheila sedih karena beberapa bulan lagi salah satu harta berharga di rumahnya akan pergi.

***

(to be continued)

Cerpen Karya :

Lydia Desvita Sari

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun