Prof. Dr H. Jusuf Sjarif Badudu, yang lebih di kenal dengan nama Yus Badudu, lahir pada tanggal 19 Maret 1926 di Gorontalo. Ia menamatkan sekolahnya di Ampana (1939), Cursus Volksonderwijzer (CVO) di Luwuk (1941), Normaalschool (NS) di Tentena (1949), Kweekschool Nieuwestijl (SGA) di Makassar (1951), B.1 Bahasa Indonesia di Bandung (1955), Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran di Bandung (1963), Postgraduate Study Linguistik di Leiden-Holland (1971-1973), dan memperoleh gelar doktor dalam ilmu-ilmu sastra dengan pengkhususan linguistik di Universitas Indonesia (1975).
Mungkin bagi sebagian besar penonton, acara ini dianggap membosankan tetapi buat saya yang waktu itu masih duduk dibangku sekolah dasar, sangat menyenangkan. Itu memotivasi saya untuk banyak menulis dengan penggunaan tata bahasa yang baik dan benar berdasarkan Ejaan Yang Disempurnakan. Saya sudah bisa membaca sejak umur 3 tahun dan saya masih menyimpan buku pertama saya yang dibeli di Toko Buku Gramedia di Pasar Baru Jakarta. Begitu menyenangkan menunggu hari-hari dimana saya bisa bepergian dengan ke dua orang tua saya ke sana. Karena begitu banyak yang bisa saya lihat dan saya baca. Dan akhirnya dunia saya terbentuk dari hasil membaca, pengetahuan saya bertambah dan sampai sekarang saya mengenal banyak hal karena membaca dengan bahasa Indonesia yang ditulis dengan Ejaan Yang Disempurnakan. Saya ada beberapa buku yang masih menggunakan ejaan lama. Dan bisa dibayangkan orang akan merasa lelah untuk mengartikan sekaligus membacanya, akhirnya minat membacanya jadi kurang.
Sekarang saja dengan kemajuan jaman dan teknologi, pembinaan Bahasa Indonesia sudah tidak ada dan minat membaca dari generasi anak-anak saya pun sudah berkurang. Belum lagi ditambah beragam televisi swasta yang berlomba-lomba membuat materi acara yang memakai bahasa gaul bahkan kebarat-baratan bahkan bahasa alay kata anak-anak sekarang. Memang nilai jual yang dibutuhkan untuk persaingan dalam siaran tetapi apa salahnya jika ada acara untuk pembinaan bahasa Indonesia kembali.
Yang saya lakukan saat ini adalah dengan mengajak anak-anak saya untuk mencintai Indonesia mulai dari bahasanya dan itu bisa dengan membaca. Ada sekitar 19.000 judul buku mulai dari buku anak-anak, remaja, dewasa baik novel, cerita bergambar sampai ilmu pengetahuan yang lain, saya simpan dan koleksi dengan baik, minat baca anak-anak saya dan teman-temannya sangatlah kurang. Mereka lebih asik dengan gadget, bbm atau bahasa-bahasa gaul yang kadang kala bikin saya mau pecah kepalanya.
Tetapi saya tidak kekurangan akal, setiap mereka bertanya tentang apapun, saya tidak akan merespon kalau mereka pakai bahasa gaul, setelah mereka memakai bahasa yang benar baru saya jawab pertanyaan mereka. Tapi apakah bisa dilakukan oleh orang tua lain. Buat saya, walaupun itu mustahil tapi paling tidak saya tetap tanamkan dalam hidup anak-anak saya bahwa Bahasa Indonesia itu adalah bahasa leluhur mereka. Orang asing saja yang bekerja disini, mereka berusaha untuk mempelajari bahasa Indonesia, kenapa kita tidak mau memakainya.
Aku mencintai Indonesia dan disinilah aku lahir dan dibesarkan. Walaupun aku harus pergi jauh untuk menimba ilmu tetapi aku kembali ke pangkuan ibu pertiwi karena disini banyak yang harus dilakukan bagi orang-orang yang tersisihkan, untuk masyarakat yang terabaikan. Hanya dengan satu bahasa yaitu BAHASA INDONESIA, kita akan mampu menutup kesenjangan sosial itu dengan berbahasa yang dimengerti oleh anak-anak negeri.
Mimpi seorang idealis, BAHASA INDONESIA menjadi BAHASA INTERNASIONAL.