"Tugas kamu semua menulis peta konsep 22 paragraf dan kirimkan ke ibuk melalui wa"
Suara Buk Yuna Guru Bahasa Indonesiaku memberikan tugas membuat banyak siswa mengeluh termasuk aku. Meskipun waktu pengumpulannya masih lama tapi aku tetap keberatan dengan tugas itu. Karena waktu bermainku semakin berkurang olehnya.
Buk Yuna tidak tanggung-tanggungnya memberikan tugas sebanyak itu kepada kami. Tugas yang membuat kami harus menuangkan cerita dan keinginan jalan hidup kami di masa depan.
Tugas ini di kirim kepada Buk Yuna per paragraf hingga mencapai 22 paragraf. Isi setiap paragraf itu tentang perjalanan hidup dan perencanaan masa depan kami. Mulai dari lahir hingga kita meninggal. Dengan ide pokok yang telah ditentukan oleh Buk Yuna.
Usai sekolah aku langsung pulang ke rumah dan berbaring di atas kasur sambil bermain handphone. Aku melihat grup tugas Bahasa Indonesia yang sepertinya baru selesai di buat. Di dalam grup yang di buat oleh Buk Yana itu terdapat beberapa temanku.
Hari itu belum ada yang mengirimkan tugas kepada Buk Yuna. Itu membuatku bisa bersantai untuk sementara waktu.
"Ahh... Besok saja aku buat tugas itu, lagian mana ada orang yang mengirimkan tugas serajin dan secepat itu. Pikirku dengan santai.
Hari demi hari berjalan. Dengan suara bak toa Buk Yuna mengingatkan kami untuk segera membuat tugas yang ia berikan. Buk Yuna sepertinya cocok menjadi proklamator setelah Pak Soekarno.
Dua minggu sudah berlalu sejak Buk Yuna memberikan tugas yang merepotkan itu kepada kami. Beberapa orang temanku Inah dan Butsa telah mengirimkan tugas mereka kepada Buk Yuna. Tugas Inah dan Butsa di sebarkan oleh Buk Yuna di grup tugas Bahasa Indonesia yang telah di buat sebelumnya. Sepertinya tujuan menyebarkan tugas ini untuk memotivasi para siswa lain agar lebih cepat dan semangat dalam pengerjaan tugasnya.
Tapi tidak denganku. Aku lebih memilih menghabiskan waktuku untuk bermain karena motto hidupku adalah hidup untuk bermain. Aku lebih tertarik menonton tiktok, bermain dan melihat indahnya dunia luar dan kebebasan. Itu seru bukan?. Bermain dengan bebas tanpa harus memikirkan tugas apapun. Termasuk tugas merepotkan ini.
"Besok saja deh buat tugasnya, tugas hanya membuat kita tidak bisa menikmati masa muda kita yang seharusnya penuh kebahagiaan." Aku menggerutu sendiri di dalam kamar.
Nenekku mendengar gerutuan ku dan membalas dengan sorakan "Hana!! Buatlah tugasmu lagi, kalau cuma ngomong terus kapan selesainya" Nenek memarahiku "ingat Hana, tugas itu penting, tugasmu itu menentukan masa depanmu juga menentukan sikapmu, semakin lama kamu menyelesaikan tugas maka kamu akan di cap orang sebagai anak pemalas" Sambung nenek.
"Mengapa banyak orang berfikir tugas itu penting?. Mengapa banyak orang berfikir tugas itu menentukan masa depan kita?. Padahal tugas hanya membuat kita pusing dan stress.
Waktu pengumpulan tugas sudah hampir habis. Tapi aku masih belum mengumpulkan tugasku. Bersantai dan bermain itulah yang aku lakukan selama ini.
Satu Minggu lagi berlalu. Hari terakhir pengumpulan tugas datang. Buk Yuna masuk ke dalam kelas dengan membawa laptopnya.
"Hana Lucca!!." Suara Buk Yuna sedang mengambil absen.
"Hadir buu." Balasku sambil mengangkat tangan.
"Mana tugasmu?." Tanya Buk Yuna kepadaku.
"A..anu..anu buk."
"Saya tidak mau tau, kumpulkan sekarang!." Teriak Buk Yuna yang membuat sekelas menjadi hening.
"S..sa..saya be..belum buat bu" Ucapku
"Sudah berminggu-minggu ibuk kasih waktu untuk mengerjakan tugas kepada kamu, kamu pakai untuk apa waktu itu hah?." Kata-kata yang keluar dari bibir Buk Yuna membuatku hanya bisa menggigit bibir menahan tangis "Kamu dihukum membuat tulisan sebanyak 2 lembar dan tidak boleh pulang sebelum tulisan itu selesai." Sambung Buk Yuna
Aku hanya bisa pasrah dan membuat tulisan dua lembar itu. Tanganku menjadi pegal dan kaku karenanya. Aku mengerjakannya meskipun sudah lewat dari jam pulang sekolahku.
Selesai sudah hukumanku. Aku melihat sekolahku sudah sunyi. Teman-temanku sudah banyak yang pulang. Aku pulang ke rumah dengan berjalan kaki karena angkot maupun ojek sudah tidak ada pada jam segini. Aku harus menempuh jarak 3 kilometer sendirian.
Sesampainya di rumah aku melihat handphoneku. Game yang baru di rilis tadi sudah habis terjual.
"Harusnya aku pulang lebih cepat sehingga game yang ku incar itu tidak habis terjual. Gerutuku untuk yang sekian kalinya.
Nenek datang kepadaku "Hana.. mengapa kamu begitu lama pulang tadi?." Tuturnya.
"Tadi Hana di hukum nek, liat nih tangan hana udah merah" ucapku sambil menunjukkan tanganku kepada nenek.
"Kenapa kamu bisa di hukum?." Tanya nenek
"Karena kemarin aku tidak buat tugas nek." Kata-kata itu terlontar keluar dari bibirku. Setelah ini aku akan kena ceramah oleh nenekku.
"Nenek sudah mengingatkan kamu kan untuk membuat tugas kemarin, kenapa gak di buat?." Sambungnya
"Iya nek, Hana salah" Kataku. Aku rasa nenek ada betulnya juga. Entah kenapa aku merasa aneh dengan situasi ini.
Nenek keluar dari kamarku. Aku menyesal tidak mengacuhkan omongan nenek waktu itu. Padahal nenek hanya ingin aku menjadi lebih rajin dan disiplin lagi terhadap tugas.
Soal Buk Yuna aku menyesal tidak menghiraukan perkataannya. Ia selalu mengingatkanku untuk membuat tugas. Aku sadar itu adalah bentuk kasih sayang seorang Guru kepada muridnya.
Aku mengakui tugas itu sangat penting. Seperti yang nenek dan Buk Yuna bilang kepadaku. Aku akan mengingat itu di otakku. Sepertinya setelah kejadian ini aku mempunyai motto hidup yang baru.
Aku memulai mengerjakan tugas yang diperintahkan oleh Buk Yuna. Paragraf demi paragraf aku buat dengan rasa penyesalan. Aku mengirimkan semua paragraf tersebut kepada Buk Yuna.
Ini pelajaran yang berharga bagiku. Besok aku akan lebih disiplin lagi membuat tugas baik yang diberikan Buk Yuna maupun yang diberikan guru-guru lain. Aku akan lebih disiplin lagi nek.