Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy

Anakku Terpaksa Cacat Seumur Hidup

13 November 2009   12:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:21 618 0
SEANDAINYA boleh mengulang kembali, sore itu, Minggu, 8/11, Asmina,26, tidak akan mengijinkan putrinya Pinky, 9, untuk menginap di rumah sepupunya yang hanya berjarak sekitar 200 meter dari rumahnya. Rumah tantenya harus akibat longsor, dan putrinya meskipun selamat, harus menderita cacat tetap yang harus ditanggung seumur hidupnya. Rasa was was menyelimuti diri Asmina, sejak mendengar bahwa telah terjadi bencana longsor di kampung tetangga. Wajar saja dirinya merasakan kegelisahan itu, pasalnya, putrinya saat kejadian berada dirumah sepupunya, A Lama, 40, yang disebut sebut ikut tertimpa longsor. Di malam kejadian itu, dirinya tidak dapat berbuat apa apa, sebab jalan untuk menembus hingga ke rumah A Lama tidak bisa ditembus akibat tertimbun tanah yang longsor. Dia hanya bisa memanjatkan doa kepada yang Maha Kuasa, agar memberikan keselamatan kepada putrinya. Kegelisahan dihati Asmina terus menggelora, sebab hingga pagi hari setelah kejadian itu, dirinya belum mendengar kabar apapun tentang putrinya. Meskipun dirinya telah berhasil tiba di rumah tempat anaknya menginap tersebut, dirinya tidak melihat apa pun, selain onggokan batu yang telah meratakan rumah milik A Lama itu. Dia menguatkan dirinya untuk menerima kabar apapun tentang putrinya, meskipun jarum jam telah menunjuk ke pukul 11.00 Wita, satu hari sesuah bencana longsor terjadi, kabar itu belum kunjung terdengar ditelinganya. Ada firasat buruk yang mulai menggundah dalam hatinya. Terlebih lagi, setelah sesosok jasad tak bernyawa ditemukan oleh warga. Itu adalah jasad saudari sepupunya, A Lama. “Saya seakan tidak mampu lagi berdiri ketika melihat jasad yang ditemukan oleh orang yang adalah sepupu saya, sebab anak saya bersamanya saat kejadian itu,” kenang Asmina. Dirinya mulai tenang, ketika dia mendapatkan kabar bahwa ada seorang anak yang seusia dengan Pinky yang diselamatkan oleh warga. Menurut kabar tersebut , anak yang diselamatkan itu saat ini sudah berada di rumah sakit. “Meskipun saya belum tahu siapakah anak yang dimaksud itu, namun dalam hati saya sepertinya sudah yakin bahwa itu adalah anak saya,” ujarnya. Ternyata keyakinan Asmina terbukti, setelah bersusah payak keluar dari lokasi longsor dan diobantu oleh warga untuk membawanya ke RSUD Sawerigading yang berjarak sekitar 23 kilometer dari lokasi olongsor tersebut, dirinya mendapati anaknya terbaring lemah di ruamh gawat Darurat rumah sakit milik pemerintah tersebut. Ada rasa syukur sekaligus sedih yang tiba tiba dirasakannya. Dia bersyukur karena masih mendapati anaknya diberi keselamatan, namun rasa sedih itu dirasakannya karena kondisi Pinky yang sangat parah. Mata sebelah kanan pinky ditutup oleh kain kasa, sementara hampir disekujur tubuh putrinya terdapat luka goresan. Menurut cerita orang yang didengarnya, anaknya itu didapt tersangklut di dahan sebuah pohon, matanya disebut tertusuk salah satu dahan pohon yang menyebabkan luka parah dialami Pinky pada mata kanannya. Malam itu, Pinky harus menjalani proses operasi pembedahan pada bagian mata. Meskipun begitu, dokter tidak dapat berbuat banyak dan putrinya harus menanggung beban menderita cacat tetap seumur hidupnya. “Setidaknya nasibnya masih sedikit lebih beruntung dari korban lainnya,” tutur Asmina. (asdhar/asa)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun