Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Kerugian Akibat Longsor Palopo Capai Rp.300 M

13 November 2009   11:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:21 387 0
[caption id="" align="alignleft" width="409" caption="Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo meninjau lokasi longsor di Palopo (foto: asdhar)"][/caption] PALOPO – Pemerintah Kota Palopo berencana akan segera merelokasi warga kelurahan Battang Barat, Kecamatan Wara Barat, yang tinggal di lokasi yang rawan terjadi longsor. Rencananya relokasi tersebut akan dilakukan untuk mencegah jatuhnya korban jiwa akibat bencana longsor seperti yang terjadi pada Minggu, 8/11 lalu. Wali Kota Palopo HPA Tenriadjeng mengatakan sesuai kajian yang dilakukan oleh tim internal Pemkot Palopo, daerah Battang Barat termasuk daerah yang berada diatas lahan yang ketinggian tanahnya hanya sekitar 250 DPL yang kondisinya labil, serta rawan terjadi longsor. Sehingga dengan kondisi tersebut, sangat memungkinkan untuk terjadinya bencana longsor susulan, mengingat daerah tersebut sejak lama sudah dikenal sebagai daerah yang paling sering terjadi longsor. "Memang tidak semua warga akan kami relokasi, warga yang tinggal di daerah berbahaya saja yang akan kami pindahkan ke tempat baru yang lebih aman, kami masih mendata jumlah warga yang akan di relokasi nanti," kata Tenriadjeng, yang ditemui di Palopo, tadi siang. Menurut data yang berhasil dihimpun, bencana longsor di daerah tersebut dalam satu tahun terakhir terjadi sebanyak enam kali bencana longsor, dimana longsor yang terjadi pada Minggu, 8/11 lalu merupakan yang paling parah dalam 10 tahun terakhir. Bahkan, sebelumnya, Dinas Pertambangan dan Energi Pemerintah Kota Palopo mengeluarkan hasil eksplorasinya yang menyebtukan daerah di kelurahan Battang Barat bukan merupakan kawasan layak huni melain dikhususkan untuk hutan lindung. Pasalnya, kondisi lahan di kawasan tersebut didominasi oleh material berupa bebatuan granit, dimana lapisan tanah hanya setebal Satu hingga Enam meter saja. Sehingga, menurutnya, kondisi tanah sangat labil dan tidak memiliki daya tahan yang cukup terhadap beban di atasnya, terutama ketika terjadi hujan. Tetapi, Tenriadjeng tidak merincikan, kapan dan kemana warga yang tinggal korban longsor tersebut akan di relokasi. “Kami masih mengupayakan untuk melakukan koordinasi dengan instansi terkait mengenai rencana tersebut, termasuk wilayah yang akan digunakan untuk tempat baru bagi warga tetapi kami mengusahakan untuk mencari wilayah yang tidak terlalu jauh dari lokasi warga sebelumnya,” ujarnya. Terkait rencana relokasi warga tersebut, sebagian besar warga yang tinggal di lokasi yang paling parah kondisinya pasca longsor menolak rencana Pemerintah Kota Palopo tersebut. Wandi, 35, warga KM 23 Poros Palopo-Toraja, kelurahan Battang Barat mengatakan dirinya beserta keluarga tidak ingin meninggalkan lokasi tempat tinggalnya yang sudah dihuni sejak puluhan tahun lalu. Menurutnya, tanah yang ditinggalnya tersebut sudah merupakan warisan dari leluhur mereka dan mereka memilih untuk menetap di lokasi itu. “Kami lebih memilih untuk tinggal disini, dan tidak ingin dipindahkan ke lokasi yang lain,” ujar Wandi yang telah kehilangan Istri dan dua anaknya akibat bencana longsor Palopo, lalu. Menurut Wandi, seharusnya Pemerintah Kota Palopo melakukan langkah langkah untuk mengantisipasi terjadinya longsor seperti menjaga areal hutan agar tidak terjadi perambahan secara berlebihan. Pencarian Korban Pada Pencarian korban hilang di hari ke Tiga pasca bencana, tim berhasil menemukan lagi dua jenasah yang sebelumnya dinyatakan hilang, Kedua jenasah tersebut yakni Ira,13, dan Edi,25. Dengan ditemukannya dua jenasah tersebut, berarti seluruh korban hilang  telah ditemukan seluruhnya oleh tim pencarian korban yang terdiri dari Basarnas Sulsel, SAR PT Inco, Pemerintah Kota Palopo, TNI dan Polri. Tim juga mengklarifikasi temuan jenasah pada Selasa, 10/11 lalu, yang sebelumnya diidentifikasi sebagai jenasah Edi, ternyata dinyatakan keliru. Jenasah yang ditemukan tidak utuh tersebut ternyata bernama Faisal, 60. “Hasil identifikasi korban yang sebelumnya diduga bernama Edi, ternyata salah, sebab hari ini (kemarin) kami berhasil menemukan jenasah yang memiliki ciri ciri persis dengan Edi, dan atas identifikasi ulang dari keluarga korban, diketahui jenasah sebelumnya bernama Faisal,” ujar Komandan Kodim 1403 Sawerigading Letkol Inf Dede Indrazat. Namun, meskipun seluruh korban hilang sudah ditemukan, Dede mengatakan tim akan terus melakukan penyisiran dan pencarian disekitar lokasi longsor dan sepanjang sunagi Bambalu hingga dihari ke Tujuh nanti. “Meski semuanya sudah didapat, tetapi masih ada korban yang tidak ditemukan secara utuh, sehingga tim akan terus melakukan pencarian hingga di hari ke Tujuh nanti,” ujarnya. Kerugian Sementara itu, Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satlak PB) Kota Palopo menaksirkan kerugian yang diakibatkan bencana longsor Palopo, lalu, mencapai sekitar Rp300 miliar. Kerugian paling besar diderita akibat banyaknya fasilitas umum seperti jalan dan jembatan yang rusak parah. Tenriadjeng menyebutkan, untuk fasilitas jalan, terjadi kerusakan sepanjang 19 km, sementara jembatan yang rusak sebanyak 5 unit, dimana Dua diantaranya dalam kondisi rusak parah. Bahkan, jalan sepanjang 5 km di poros Palopo-Toraja sudah tidak layak lagi digunakan. “Kami sudah menyarankan kepada pemerintah Propinsi Sulsel agar dapat dibuatkan jalan baru di sepanjang Km 20 sampai Km 25 karena kondisinya yang sangat parah dan tidak layak lagi digunakan,” ujarnya. (asdhar/asa)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun