Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

BBM Naik Tinggi, Susu Tak Terbeli

20 Juni 2013   15:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:41 332 0
BBM Naik Tinggi, Susu Tak Terbeli

Luviana

Ampi adalah seorang buruh perempuan yang bekerja di Tanjungpriok, Jakarta Utara. Sudah setahun dia mengurus PHK nya di Pengadilan Hubungan Industrial. Ampi dipecat karena aktivitasnya di Serikat Pekerja. Sebagai buruh yang tak lagi diupah dan mendapat kesewenang-wenangan dari perusahaan, kenaikan harga BBM menjadi kondisi tersulit yang dialaminya kini. Anak laki-lakinya sudah makin besar, ia harus sekolah kini.

Para buruh perempuan lain juga banyak yang mengalami kondisi ekonomi yang sama. Buruh perempuan jurnalis, buruh perempuan kontrak yang di PHK sepihak dari perusahaannya juga mengalami ketidakjelasan nasib.

Rencana Pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sangat berimbas bagi rumah tangga-rumah tangga di Indonesia. Rumah Tangga miskin adalah yang paling terkena dampak kenaikan harga BBM. Nasib rumah tangga miskin semakin tidak menentu. Hal ini dialami para buruh perempuan, anak-anak, para lansia , kelompok miskin kota di Indonesia. Jika BBM makin tinggi, pasti susu tak terbeli. Itu gumam para perempuan lain, yang membawa anak mereka, di sebuah siang tak jauh dari Tugu Proklamasi.

Sehari setelah Pengesahan APBN P 2013, sejumlah harga sembako sudah mulai mengalami kenaikan. Harga beras yang sebelumnya: Rp. 7000/ kg kini sudah mengalami kenaikan: Rp. 8.000/ Kg. Demikian juga dengan harga Telor yang sebelumnya: Rp. 18.000/ Kg, kini sudah mengalami kenaikan: Rp. 20.000/ Kg. Harga sayuran mengalami kenaikan: Rp. 1.000/ kg, sedangkan harga daging mengalami kenaikan: Rp. 20.000/ Kg. Sedangkan harga susu formula bayi telah mengalami kenaikan: Rp. 10.000/ Kg. Hal ini menyebabkan dampak serius bagi perempuan di rumah tangga miskin di Indonesia.

Ipeh, seorang penjual kue di Mampang, Jakarta Selatan punya cerita untuk ini. Ipeh yang juga melayani pesanan kue ini begitu kaget ketika melihat harga gula, tepung dan telor sudah melonjak tinggi ," Saya hanya penjual kue, ini pasti sangat berimbas bagi kami, para penjual, penjaja dan pedagang di pasar"

Cerita yang sama juga dialami para buruh perempuan kontrak. Sudah mengalami nasib tak jelas, harga juga makin tak jelas, begitu keluh mereka.

kenaikan harga BBM yang telah berimbas pada kenaikan harga barang menjadi alasan bagi para pengusaha untuk semakin menekan dan menangguhkan kenaikan upah buruh perempuan di di sektor garmen atau tekstil. Industri garmen dan tekstil mayoritas pekerjanya adalah perempuan. Kenaikan harga BBM akan semakin memiskinkan perempuan, para buruh perempuan menjadi buruh-buruh yang diupah murah. Hal ini akan berdampak pada distribusi relasi kuasa yang menyebabkan tekanan psikis terhadap perempuan.

Perempuan adalah yang terkena dampak langsung kenaikan BBM karena perempuan yang paling dipercaya untuk mengelola kebutuhan ekonomi rumah tangga. Perempuan dalam rumah tangga miskin akan semakin sulit mengatur perekonomian keluarga di tengah harga yang melambung tinggi.

Padahal kondisinya, banyak buruh perempuan yang masih ditangguhkan upahnya hingga kini.

Hal inilah yang menimbulkan dampak serius bagi rumah tangga miskin di Indonesia. Tak hanya berdampak pada ekonomi rumah tangga, namun hal ini juga berdampak pada upaya pemiskinan perempuan. Kenaikan harga BBM seharusnya berbanding dengan kenaikan gaji buruh, namun hal ini tidak terjadi. Banyak buruh yang tidak diberikan upah, upah buruh justru ditangguhkan demi kepentingan sang pemodal.

Rencana pemerintah ini sama dengan rencana menaikkan harga BBM di tahun-tahun sebelumnya, yaitu dilakukan karena defisit anggaran/ APBN. Penyelesaian yang ditawarkan pemerintah yaitu dengan memberikan kompensasi yang diberikan pemerintah selalu bersifat sementara dan hanya berujung pada sebuah pencitraan belaka. Rumah tangga miskin di Indonesia jumlahnya tidak berkurang karena adanya Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Kompensasi ini sifatnya hanya seperti pemadam kebakaran dan sudah pasti tidak bisa meringankan beban rakyat, " Kami tak bisa hidup hanya dengan pemberian uang kompensasi yang hanya beberapa bulan ini. Hidup kami masih panjang, hidup anak kami masih panjang"

Di sisi lain, seharusnya pemerintah tak perlu menaikkan harga BBM jika pengelolaan minyak dan gas bumi berjalan secara transparan. Namun justru ini menjadi alasan untuk menaikkan harga BBM yang merugikan para perempuan miskin di Indonesia.

Para buruh perempuan,miskin kota, buruh migran dari beberapa komunitas dan organisasi perempuan: FSPSI Reformasi, GSBI (Gabungan Serikat Buruh Independen), Perempuan Mahardhika, SBMI (Serikat Buruh Migran Indonesia, Kalyanamitra, CWGI (Cedaw Working Group Indonesia), TURC (Trade Union Right Center), Pembebasan, FBLP (Forum Buruh Lintas Pabrik), JALA PRT, Aliansi Sovi (Solidaritas Untuk Luviana), NLC (New Land Community, Kapal Perempuan dan Forum Masyarakat Kota Jakarta (FMKJ) yang tergabung dalam Komite Aksi Perempuan (KAP) kemudian bertemu. Mereka terus bergerak untuk melakukan protes atas kondisi ini.

Mereka Menolak Kenaikan Harga BBM karena hal ini semakin menyebabkan kemiskinan pada perempuan dan memberikan beban psikis yang berat pada perempuan. Mereka juga menuntut pemerintah untuk menaikkan gaji buruh perempuan karena tidak ada alasan memberikan penangguhan upah bagi para buruh perempuan. Para perempuan juga  mengajak seluruh elemen perempuan dan masyarakt untuk turun ke jalan melakukan aksi menolak kenaikan BBM.

Menggunakan logika ekonomi pasti tak bisa dilakukan oleh para buruh perempuan seperti Ampi, Ipeh dan buruh perempuan lainnya karena kenaikan BBM tak berpihak secara ekonomi pada mereka. Menggunakan logika politik? Hanya parlemen yang bisa menggunakannya. Nasib rakyat hanya ditentukan dengan ketokan palu oleh beberapa anggota parlemen di Senayan. Tak ada perdebatan lain. Padahal, harga telah melambung tinggi. Susu Tak terbeli...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun