Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Sebuah Nama dalam Hening Tahajud: Zi

6 Mei 2013   12:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:01 409 0
Tuhan...

Di sepertiga malam-Mu, aku bersujud dengan segenap kepasrahan.

Kuuntai doa saat ribuan mata tengah terlelap dalam tidurnya.

Kuutarakan seluruh isi hatiku, segala lara yang tengah kurasakan.

Dan tak pernah lupa, sebuah nama yang selalu kusebut dalam doaku, Zi.

Lelaki itu, yang saat ini sangat kurindukan tanpa bisa aku berbuat apa-apa.

Dia, yang pernah ingin sekali ku ajak berbagi dunia.

Dia, dan segala harapan yang pernah Ia berikan.

Sesak sekali dadaku setiap aku mengingatnya.

Dan tanpa harus ku pinta air mata mengalir diantara lantunan doaku.

Tuhan Yang Maha Cinta, maaf bila aku lancang menyayanginya.

Maaf bila aku tak mampu mengendalikan perasaanku.

Tapi aku percaya rasa ini Engkau yang ciptakan, Engkau yang tumbuhkan.

Dan saat ini, ketika yang Engkau berikan tak sesuai dengan pintaku, aku pasrah.

Mana bisa aku melawan kehendakmu wahai Engkau Yang Maha Kuat.

Ini begitu menyakitkan, maka wahai Tuhanku, bantulah aku untuk tetap kuat berdiri.

Jika memang dia bukan untukku, tunjukkan aku jalan untuk keluar dari harapanku ini.

Aku tidak ingin membenci karena ketidak peduliannya.

Aku tidak ingin mencaci karena dengan mudahnya ia melupakan.

"Aku ingin lebih meyakinkan diriku sebelum kukatakan padamu" itu yang pernah Ia ucapkan.

Tapi kemudian, dia pergi dengan sebaris kata maaf, tanpa peduli padaku.

Seperti inikah Tuhan, makhluk bernama lelaki yang Engkau ciptakan itu?

Pantaskah Ia disebut lelaki ketika yang Ia lakukan adalah menyakiti hati seorang wanita?

Pantaskah Ia disebut lelaki ketika Ia mengumbar perkataan pada wanita, tanpa mampu Ia tepati?

Ingin sekali membencinya, tapi aku tak mampu karena rasa sayangku melebihi kebencianku.

Ingin terus mencacinya, tapi aku tak sanggup, karena aku masih merindukannya.

Maafkan aku...

Pada akhirnya, ketika aku merindukannya, aku hanya mampu berdoa, biar Tuhan yang sampaikan rinduku.

Ketika aku ingin berjumpa dengannya, aku hanya mampu berdoa, biar Tuhan yang selalu di dekatmu.

Ketika aku menghawatirkan keadaanmu, aku hanya mampu berdoa, Tuhan yang akan selalu menjagamu.

Biarkan hanya Tuhan...

Begitu pula dengan cintaku, aku ingin cintaku bersambut atas seijin-Nya.

Yah, diakhir tahajudku, ku sampaikan padamu melalui doaku.

Aku menyayangimu dengan iklas, walaupun rasaku tak bersambut.

Caraku menyayangimu sederhana, menyayangimu dalam doaku.

Mungkin harapanku berbagi dunia bersamamu telah terkubur, tapi perasaanku akan terus hidup.

Karena bagiku menyayangi itu memberi tanpa harus menerima.

Menyayangi itu sebuah keiklasan, sebuah ibadah, biarkan Tuhan yang menilai.

Aku memnyayangimu, itulah mengapa aku akan terus mendoakan yang terbaik untukmu.

Zi, aku menyayangimu, semoga kesuksesan dan kebahagiaan selalu menyelimutimu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun