Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Keretaku...

16 Maret 2013   02:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:42 102 0
Hari ini, di dalam kereta yang sama tapi dengan keadaan yang berbeda.

Kunyamankan dudukku, kupandangi sekelilingku.

Kenangan menjajahku, membawaku kembali ke masa itu, masa di saat kami bersama.

Waktu terasa begitu cepat berlalu, dua tahun tak terasa kulalui tanpanya.

Dia, lelaki itu, seseorang yang mengenalkanku pada cinta, ketulusan dan kesetiaan.

Lelaki dengan tatapan teduhnya dan pelukan hangat yang selalu menenangkan.

Dia yang mengajarkanku tentang hidup, dan membawaku keluar dari negeri dongeng hayalanku.

Dia menuntunku, melalui segala kesulitan dan cobaan, mendampingiku menghadapi kerasnya dunia nyata.

Aku menjadi sosok yang tegar, aku menjadi sosok yang kuat, dan aku mulai menikmati dunia nyata ini.

Malam itu, di akhir bulan Januari dua tahun yang lalu, ia menggenggam tanganku, membawaku menaiki kereta ini.

Dari Jogja menuju Bandung, kereta ini membawa kami, aku duduk bersanding dengannya, kami berbincang tentang sebuah cita-cita, tentang sebuah harapan, tentang tujuan yang ingin kami capai, hingga teruntailah sebuah masa depan yang ingin kami capai. Indah sekali.

Aku tertidur dipelukannya, tak ada yang dapat menggantikan perasaan damai ketika aku ada didekapnya.

Di saat-saat seperti itulah aku merasa dunia nyataku lebih indah dari dunia dongeng hayalku.

Hari mulai berganti, matahari tak malu-malu lagi memancarkan sinarnya. Kilau sinar yang menembus jendela kereta mulai membangunkanku, aku masih ada dalam peluknya.

Kami tiba di kota Bandung, dan dia terus menggenggam tanganku, hingga aku merasa selalu aman bila di dekatnya.

Satu hari penuh kami habiskan untuk menikmati suasana kota Bandung, dan sore itu kami duduk menikmati senja di salah satu sudut kota Bandung. Tak ada yang lain yang ku rasakan selain kebahagiaan.

Tak seperti biasa, tiba-tiba dia menatapku dengan tatapan yang sangat aneh, tatapan yang tidak biasa. Matanya lebih indah dari biasanya, lebi bening dan lebih teduh. Sambil menggenggam tanganku dia bertanya kepadaku ..

"Sayang, bisa ngga kamu hidup tanpa aku? bisa ngga kamu jalani hari-harimu tanpa aku?"

Aku sedikit tertegun mendengan pertanyannya..

"Kenapa kamu bertanya seperti itu padaku? Kamu mau aku tanpa kamu?"

Dia terdiam tak menjawab, dia hanya tersenyum, senyum yang sangat manis.

Tiba-tiba setitik air menyadarkan lamunanku, membuyarkan kenangan masa laluku. Kulihat sekeliling dan kereta ini masih melaju, kereta yang akan membawaku ke kota Bandung, tempat kenangan terakhir kami.

Kutengok bangku kosong di sampingku, mungkinkah saat ini dia ada di sini? mungkinkah saat ini dia tengah menatapku?

Ahhhh...semua itu tak mungkin, dia telah pergi dalam keabadian. Dan saat ini aku sangat merindukannya, aku ingin sekali mengulang saat-saat terakhir bersamanya. Saat-saat sebelum akhirnya angkutan kota itu merenggut nyawanya.

Apakah pertanyaannya sore itu sebuah pertanda? Karena aku benar-benar tanpanya, dia pergi meninggalkanku. Semua mimpi, angan dan cita-cita tentang masa depan ikut terkubur bersamanya.

Ternyata rencana-rencana kami tak sama dengan rencana Tuhan. Aku mencintainya, tapi ternyata Tuhan lebih mencintainya, dan apa dayaku bila sainganku adalah Tuhan. Dia bukan milikku, tapi milik Tuhan, Tuhan hanya memberiku kesempatan untuk bersamanya. Dia seperti malaikat yang Tuhan kirimkan untukku, mengajarkanku tentang hidup, menjagaku, dan bahkan mencintaiku hingga ajal menjemputnya. Dan ketika tugasnya telah selesai, Tuhan memintanya untuk kembali.

Sayang, terima kasih, untuk semua kenangan indah yang pernah kau berikan, dan terima kasih untuk kasih sayang dan pelajaran-pelajaran hidup yang telah kau berikan. Aku tak akan melupakanmu, karena akan sangat sulit melupakan seseorang yang telah memberikan banyak kenangan indah.

Kini, aku kerjakan semua yang telah kau ajarkan kepadaku, tentang kesabaran, keiklasan, kedewasaan, dan tentang hidup yang tak selalu seindah negeri dongeng. Hingga pada akhirnya, saat ini aku berada di kereta yang sama, kereta terakhir yang kita tumpangi, dan aku dapat berkata "aku kuat dan aku bisa tanpa kamu". Tenanglah di sana, jangan hawatirkan aku, walaupun berat tapi aku mampu.

Hai Bandung, di tanahmulah darah kekasihku tertumpahkan. Aku sempat marah, aku sempat tak ingin mengunjungimu lagi. Tapi hari ini aku datang kembali, aku telah berdamai dengan masa laluku, simpanlah kisahku sebagai bukti bahwa kekasihku pernah ada.

Dua tahun berlalu, hidupku harus terus berlanjut, kini akan kutunggu kereta baruku. Kereta yang akan membawaku pada tujuan akhirku. Tuhan, aku percaya rencana-Mu jauh lebih indah daripada rencana-rencanaku. Terima kasih Tuhan....

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun