Namun sedianya ramadhan ini dijadikan sebagai ajang untuk lebih mendekatkan diri kepada sang khalik, malah sebaliknya, sebagian besar saudara-saudara kita, justru memanfaatkan momentum ramadhan ini sebagai ajang untuk saling menjelekkan, ghibah dan bahkan lebih menjurus kepada saling fitnah diantara sesama, hal ini tidak lepas dari perhelatan besar Bangsa ini yang akan mencari sosok pemimpin untuk 5 tahun kedepan, dimana kita tahu bahwa bertepatan dengan Bulan Ramadhan, juga di gelar Pemilihan Presiden.
Dari apa yang saya perhatikan selama masa pencalonan hingga masa kampanye dan diakhiri dengan hari H pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, bahkan hingga menjelang perhitungan final di KPU, Media Sosial (Medsos) nampaknya menjadi senjata andalan bagi para pendukung kedua pasangan capres-cawapres untuk saling mempromosikan jagoan masing-masing. Namun sangat disayangkan, dari berbagai postingan di media sosial, baik Facebook, Twitter dan lainnya, justru yang mendominasi adalah hujatan, fitnah baik kepada capres-cawapres, maupun antar pendukung itu sendiri.
Hal ini tentu patut membuat kita prihatin, hanya karena berbeda pilihan, lantas tali silaturrahim harus terputus, persahabatan yang terjalin sekian lama di media sosial, harus diakhiri hanya karena perbedaan sebuah pilihan "sungguh sebuah ironi" menurut saya. Apalagi saat kita berada di bulan yang penuh dengan Rahmat dan Ampunan, seharusnya Tali Silaturrahim semakin kita tingkatkan. Kita telah menetapkan pilihan dengan mendatangi TPS pada tanggal 9 Juli lalu, maka sepantasnya juga kita kini memberikan waktu kepada KPU untuk menyelesaikan tugasnya, toh apapun yang sudah ditetapkan KPU itu adalah hasil yang harus kita hormati, siapapun yang terpilih nantinya itu adalah pilihan rakyat dan mari jadikan itu sebagai kemenangan kita bersama.
Mulai sekarang kenapa kita tidak menghentikan postingan di media sosial terkait dengan kejelekan capres-cawapres, dan beralih kepada postingan yang lebih bermanfaat, misalnya tentang keistimewaan Bulan Ramadhan, sejarah Hadirnya Islam, atau berbagai hal-hal lain yang lebih positif. Karena yang saya tahu Ghibah merupakan perbuatan yang dilarang Islam. Ghibah membawa dampak yang sangat negative dalam kehidupan bermasyarakat. Saling mencurigai, kedengkian, ketidaksukaan, fitnah dan permusuhan, semua bisa terjadi dikarenakan ghibah.
Ghibah sebagaimana diterangkan oleh Rasulullah saw adalah, “Engkau menyebutkan sesuatu yang ada pada saudaramu yang dia membencinya. Jika yang engkau sebutkan tadi benar benar ada pada saudaramu, sungguh engkau telah berbuat ghibah. Sedangkan jika itu tidak benar, maka engkau telah membuat kedustaan atasnya” (HR Muslim), diperjelas lagi “Dan janganlah kalian mencari cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kalian menggunjing (ghibah) kepada sebagian yang lainnya. Apakah kalian suka salah seorang di antara kalian memakan daging saudaramu yang sudah mati? Maka tentulah kalian membencinya. Dan bertakwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat dan Maha Pengasih.” (Al-Hujarat:12).
Untuk itu, alangkah eloknya jika saat ini kita kembali menyadari apa yang telah kita lakukan, dan kembali memanfaatkan Internet (khususnya Media Sosial) dengan Sehat dan Aman, mari jalin kembali Silaturrahim yang terputus, perbanyak postingan yang bernilai ibadah, agar generasi-generasi muda bangsa ini, khususnya anak-anak yang baru belajar INTERNET, baru mengenal Media Sosial, bisa mendapatkan hal yang positif dari Internet, bukan sebaliknya mereka disuguhi dengan hal-hal yang bisa merusak akhlaq mereka kelak. Stop Ghibah di Media Sosial, Gunakan Internet Secara Sehat dan Aman menuju Masyarakat Indonesia Yang Cerdas, Kreatif dan Produktif.