Mengerikan. Tak ada september ceria. Ternyata suatu kesalahan jika tak dianggap. Berduri hati untuk perempuan itu. Sebegitunya busuk menilai. Ia diterlantarkan. Entah pada siapa lagi berkeluh kesah. Semua jalan di block, tak ada akses terbuka.
Ia ketakutan. Keterbatasan ternyata suatu kesalahan. Ngeri, dalam diam perempuan itu tak mampu menahan tangis, masih terlalu panjang perjalanan, huft, Â entah akan menjadi seperti apa perempuan itu.
Perempuan itu dan angin, Â tak ada kepastian. Terkadang ke barat dan terkadang ke timur. Ini kisah perempuan itu dan semester ini. Ia sulit merubah hidup. Ketidakadilan hidup buat ia dikebumikan di tengah gejolak tebang pilih. Ia bertanya pada diri, apa masa depan yang disemogakan bukan miliknya?
Ternyata suatu kesalahan jika tak berpunya, tak ada meja ataupun kursi untuk berharap. Ke mana kertas-kertas yang bernilai, terbuang sia-sia kah? Ia tidak baik-baik saja. Kacau balau. Ini hari kekecewaan, hari patah hati. Dan ternyata, tak ada waktu yang tepat untuk sebuah kehilangan.
Walau demikian, hidup tak pernah boleh mati bukan dengan ketidakpenerimaan. Perempuan itu takkan menyerah pada kerajaan kesewenang-wenangan. Ia tak boleh terhenti untuk percaya, bahwa ia akan memiliki masa depan dan harapan tak boleh sirna. Ia harus memutuskan untuk mengakhiri patah hati dan melanjutkan hidup dengan kesadaran.