Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Koma, Jeda, dan Perhentian Perempuan Itu

3 Juli 2022   19:07 Diperbarui: 3 Juli 2022   19:48 146 22
Ingin berubah
Ingin berhenti
Namun tak kunjung terealisasi

Bukankah tak ada cara yang benar untuk melakukan hal-hal yang keliru

Berulang kali perempuan itu bertanya
Berulang kali pula, hanya diam yang diterima

Apakah tak pernah terpikir, bagaimana hari perempuan itu jika kebenaran terkuak?
Kenapa harus membiarkan diri koma pada kelemahan

Aku rindu,  itu katamu pada perempuan itu
Sementara sudah jelas tak akan pernah bisa bersama, kamu acuh, tidak peduli, yang penting kamu dapatkan apa yang kamu mau. Kamu ternyata pencuri yang berkedok baik, penjahat yang berbahaya

Malangnya, perempuan itu bodoh
Penerimaan yang diberikan, melululantakkan perasaan. Sudah terlalu banyak yang hilang. Sudah berusaha, juga sudah banyak jeda yang terjadi, lagi-lagi perhentian perempuan itu belum menemukan titik. Jatuh dan jatuh lagi, sebab tak mendapatkan penerimaan yang diharapkan, membiarkan diri menjadi korban kebodohan

Kehilangan kembali terulang.

Mau sampai kapan kita seperti ini?
Perempuan itu bertanya
Sampai tidak lagi bertemu, bisa dipastikan yang memberi akhir dari kekeliruan bukan perempuan itu, walau sebenarnya tidak pernah ingin.

Mengerikan
Tak ada tujuan yang terjadi
Tak akan berujung pada kepastian
Namun tetap kalah, malu bersuara
Penyesalan yang tidak termaafkan

Kalimat yang pernah ditulis perempuan itu, memerdekakan hati sendiri itu penting, itu hanya kalimat omong kosong. Karena itu tidak dihidupi perempuan itu.

Sudah terlalu banyak luka
Terlalu sering menyembunyikan diri di padang belantara

Entah berapa lama lagi perempuan itu harus koma, tak ada kedewasaan dan mindset jangka panjang. Keliru dengan kata penerimaan.

Lelah, tidak ingin lagi koma
Lelah untuk berjeda,  setidaknya perempuan itu sadar pun menerima kenyataan. Untuk apa meneruskan kekeliruan yang sia-sia
Kemungkinan terburuk adalah kesepian
Namun, perempuan itu tidak lagi terkungkung dalam gelap dan kehampaan. Dalam jerat malapetaka.

Apakah perhentian perempuan itu akan menjadi? Berharap akan menjadi nyata

***
Rantauprapat, 01-03 Juli 2022
Lusy Mariana Pasaribu

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun