Aku tidak baik-baik saja saat ini. Terpuruk. Tidak ada damai sejahtera. Tidak ada ketenteraman hati. Kacau dan penuh kepalsuan. Tidak ada cinta yang kutemukan. Semua omong kosong. Benar-benar menyusahkan. Terlalu banyak cerita, terlalu banyak omong kosong. Penuh intrik. Penuh dusta. Terlebih malam ini, aku mengalami iklim yang buruk.
Ketika sejarah yang dahulu kembali terulang, ini bukti bahwa cinta telah berujung salah. Aku merasa berduka, kehilangan arah. Kehilangan pada hal-hal yang mungkin tidak pernah kumiliki sebelumnya. Aku tak bisa membaca diriku dengan sungguh. Aku tak bisa mendefinisikan perasaanku dengan benar.
Malam ini, entah aku bisa memejamkan mataku. Terlalu marah, keadaan ini seolah menertawakan diriku. Entah sampai berapa lama, duka ini akan bertamu! Aku ingin memberontak tapi aku tak berdaya. Aku diliputi keterbatasan. Saat ini bukan hanya penerimaan yang tak kudapat, segala penerimaann pun sulit kuberikan bahkan terhadap kemalangan yang menggoda hatiku.
Tak ada cinta.
Tak ada senyuman.
Terserang sindrom keegoisan.
Aku perempuan dewasa yang payah.
Aku malah merayakan patah hati, karena kisah dan cerita dari sejarah yang dahulu mengusik pun mengunjungi ingatanku. Aku hidup tapi sebenarnya sudah mati. Mati dari linimasa kebahagiaan yang benar.
Ah, aku ingin terpejam. Barangkali, esok terbangun dengan kesadaran hati. Barangkali saja. Mungkin, hatiku yang basah oleh genangan air mata sudah mengering.
***
Rantauprapat, 26 Juli 2021
Lusy Mariana Pasaribu