Minggu, di tanggal kedua puluh bulan September ini, menjadi September yang menghitam untuk perasaannku. Aku kembali melihat, perempuan itu lupa belajar dari kesalahan yang pernah diperbuat.
Kenapa perempuan itu harus menahan diri untuk menempatkan kesadaran hati dalam nalar, yang ada malah meniup bara untuk hidupnya termasuk juga untuk hidupku.
Hari di mana kejujuran itu terkuak, akan menjadi ingatan yang buruk bagiku. Perempuan itu mengundang segala kesedihan. Aku tak ingin membenci perempuan itu, tapi rasa benci itu nyata ada untuknya.
Selama berbulan-bulan, bagaimana perempuan itu sanggup berkhianat pada kejujuran dan kepercayaan. Aku bertanya pada diriku sendiri, apakah hati perempuan itu sudah membeku dari rasa manisnya kepercayaan. Hingga perempuan itu tidak berani melawan hatinya yang mulai menghitam.
Aku ingin bertanya langsung pada perempuan itu, mengapa sanggup merusak kepercayaan yang bukan sekali dua kali diberikan untuknya?
Entah aku akan menerima jawaban yang jujur atau tidak, mungkin lidah perempuan itu sudah kelu untuk mengatakan kebenaran kepadaku.
***
Rantau Prapat, 21 September 2020
Lusy Mariana Pasaribu