Ketika aku terasing, tersingkir dan terombang-ambing di lautan kehidupan bahkan ketika suaraku tak terdengar, hanya melayang di udara, aksaralah yang menyelamatkan kesehatan perasaanku.
Saat hadirku dianggap tak berarti dan hanya dianggap sebagai kesuraman, aksaraku bersedia menemani perjalanan waktuku dan menumbuhkan bunga-bunga kesejukan di hatiku.
Adalah aksara, yang buat jiwaku berselimut pada penerimaan dan buatku berpelukan pada kesadaran. Aku hanya ingin menuai kedamaian hati melalui aksaraku.
Benar, dalam episode hidup dan pusara waktu yang kulalui, terkadang aksaraku lebih bermakna dari suaraku.
***
Lusy Mariana Pasaribu