Dari sekian banyak artikel yang ditayangkan, mungkin kers pernah menghapus artikel sendiri atau artikelnya dihapus pihak K. Kalau saya pribadi pernah mengalami keduanya, tapi lebih sering menghapus artikel karena kehendak sendiri.
Saya memutuskan untuk menghapus beberapa artikel, karena awal-awal saya ngompasiana masih banyak kata yang merusak dan asal tulis. Bahkan di awal Juni saya menghapus artikel puisi, karena mengalami ketidakadilan dari pihak K. Artikel yang sudah dilabeli pilihan, bisa menjadi batal label pilihan. Dan itu praduga saya semata, bagaimana pun pihak K yang berhak atas penentuan label pada artikel yang sudah ditayangkan, ketika pihak K keliru dalam pelabelan, ya mereka batalkan label itu. Dan dengan emosional saya hapus artikel puisi itu.
Dan artikel-artikel yang saya hapus itu artikel yang menurut saya tidak harus ada di platform blog K, dan sebenarnya masih banyak yang ingin saya hapus. Tapi saya tak ingin menyesal dan memilih membiarkan itu ada, karena saya menyadari tulisan itu menjadi jejak awal saya menulis puisi. Saya pun tak malu atas puisi-puisi yang sudah ditayangkan walau puisi awal saya menulis di K sangat berantakan, mungkin puisi yang sekarang ini juga masih belum maksimal penulisannya.
Beberapa hari yang lalu, pagi tanggal 6 Juni 2020. Saya melihat artikel terbaru dari warga Kompasiana, dan akun beliau cukup ramah dengan saya.
Apakah ada yang tidak ramah?
Sangat banyak sekali, hhaha. Maaf ini hanya iklan tak berbayar
Kembali ke point tentang menghapus artikel karena tidak laku.
Artikel terbaru kers tadi, saya beri rate dan seingat saya sudah ada yang beri rate lebih dulu sebelum saya. Artikel itu tentang makanan. Selang beberapa jam, kers tadi sudah menayangkan artikel yang baru. Dan saya beri rate lagi, dan entah mengapa terklik profil beliau. Dan artikel sebelumnya yang ditayangkan dan saya beri rate sudah hilang dari akun beliau.
Kalau tidak dihapus admin, ya dihapus kers itu sendiri. Dan ketika saya beri rate di postingan yang terbaru beliau, saya beranikan komentar dan bertanya, artikel sebelumnya dihapus ya pak? Beberapa menit berlalu, komentar saya pun dibalas. Kers itu menjawab, bahwa artikelnya dihapus karena TIDAK LAKU.
Dalam hati, saya bertanya-tanya apakah yang dimaksud dengan tidak laku?
1. Apakah sepi pembaca?
2. Apakah minim yang beri rate?
3. Apakah karena tidak ada yang komentar ?
4. Apakah artikel tersebut tidak dilabeli pilihan oleh admin K dan kehilangan peluang menjadi artikel utama
5. Atau sama seperti kisah saya tadi
Entahlah. Saya tidak bisa menduga-duga dan berprasangka buruk terhadap beliau, sebab yang tahu jawaban pastinya adalah kers tersebut. Karena saya pun pernah menghapus artikel yang sudah ditayangkan.
Tidak sampai di situ, tanggal 7 Juni 2020 tepat pukul 15:25 WIB. Saya tanpa sengaja melihat salah satu postingan artikel kers yang cukup menggoda untuk saya berkomentar. Kurang lebih artikel tersebut mempertanyakan tentang artikel kita berkah atau tidak? Dan memberikan beberapa point untuk menjabarkan artikel yang berkah dan tidak seperti apa?
Dan saya memberikan komentar dengan menyampaikan opini, bahwa pendapat beliau yang sudah dijelaskan dalam artikel tidak bisa menjadi patokan dari keberkahan suatu artikel. Lalu beliau (kers) memberikan balasan dengan menulis bahwa bukan maksudnya tidak berkah (musibah) tapi beberapa point tadi lebih kepada artikel yang TIDAK LAKU.
Yang saya pahami isi dari artikel kers itu, maksud dari artikel yang tidak laku adalah:
1. Keterbacaan kurang dari 100
2. Pengunjung artikel kurang dari 2
3. Komentar pada artikel tidak ramai
Dan yang mengejutkan bagi saya, pada tanggal 9 Juni 2020 saya membaca salah satu komentar di postingan artikel puisi kers. Komentar itu kira-kira seperti ini: semoga label biar laku, satu jam kemudian ada lagi komentar bahwa kalau tidak label akan dihapus.