Kenapa?
Melalui kers, aku bisa mendapatkan ide dan inspirasi untuk menulis puisi Baik itu dari judul artikel kers, atau dari artikelku yang dikomentari dan dari isi kalimat artikel kers yang terbaca olehku juga dari permintaan kers sendiri. Nah, disinilah letak keberadaan dan dampak baik dari kers
Melalui inspirasi itu, ada wawasan baru pada diksi dan judul puisi yang kutulis hingga menghasilkan puisi yang lebih berwarna dan beragam
Ketika aku kehabisan ide dan gagasan untuk menulis puisi, sebab ide yang kubutuhkan enggan menghampiri nalar pun hatiku. Bahkan terkadang ada ragam gangguan terjadi dari hiruk pikuk perihal hidupku sendiri, yang buatku terhambat menulis puisi
Aku akan terselamatkan melalui interaksiku dengan kers, hal itu sangat menolong diriku. Dan gairah menulis puisiku, perlahan bisa kembali kudapatkan
Itu terbukti sudah ada beberapa puisi yang kutulis dan ditayangkan di blog pribadiku juga platform blog Kompasiana.
Ini beberapa puisi yang teringat dan kutuliskan dalam tulisan ini, mungkin juga ada beberapa yang terlewat
1. Tanggal 25 Februari 2019, aku menulis puisi yang berjudul tersesat. Lalu kers Aristo Lamboru Landukati berkomentar tersesat di pelukanmu boleh, dan setelah itu jadilah kutuliskan puisi "tersesat di pelukanmu"
2. Tanggal 2 April 2019, aku menulis puisi yang berjudul " Kita Terikat Kata- kata" dan ini kutulis atas komentar pak Zaldy chan. Salah satu kers yang awalnya temanku di genre fiksi yang sekarang sudah merambah genre yang lain
3. Tanggal 3 April 2018, aku menulis puisi yang berjudul "Pria itu si Pinokio" dan yang kuingat itu tercipta karena komentar warga kompasiana bg Puhid Akhdiyat Septana, entah komentar di artikel puisi yang berjudul apa sebelumnya. Lupa
4. Tanggal 10 April 2019, aku kembali menulis puisi dan itu karena permintaan warga kompasiana bg Philip Manurung. Jujur aku lupa perihal apa kers ini minta kubuatkan puisi. Puisi yang kutuliskan berjudul "Rindu untuk P"
5. Tanggal 3 Mei 2019, aku menulis puisi yang berjudul "Mabuk Air Mata Rindu" dan ini kutuliskan karena salah satu kalimat di dalam puisinya bg Puhid Akhdiyat Septana tentang rindu, namun aku lupa judul lengkapnya
Untuk puisi yang tercipta tahun 2019 melalui proses interaksiku dengan warga kompasiana (kers) disudahi dulu. Aku akan menulis puisi yang kutulis tahun 2020 dan terbaru hasil interaksi dengan kers
1. Tanggal 11 Mei 2020, aku menulis puisi yang berjudul "Bercangkir-cangkir Puisi" dan aku menuliskan puisi ini karena komentar bg Deddy Husein Suryanto di postingan puisiku yang berjudul "Di Kepalaku Tetap Saja Kamu" pada tanggal 10 Mei 2020. Secuil komentar kers, bisa memberikan insipirasi untuk berpuisi
2. Tanggal 22 Mei 2020, aku kembali menulis puisi yang berjudul "Pintu Perasaan" dan itu tertulis karena aku membaca artikel pak Gobin Dd yang berjudul " Persahabatan Kim Jong-Un dengan Seorang Legenda NBA, Sisi Keterbukaan Korea Utara"
4. Tanggal 30 Mei 2020, aku menuliskan puisi yang berjudul "Bersimpuh di Bawah Harapan Semu" dan puisi ini tertulis karena terinspirasi dari artikel filsafatnya bg Reba GT "New Normal dan Hesiodus"
5. Tanggal 4 Juni, aku akan menanyakan puisi yang berjudul "Bersanding dalam Harmoni" Catatan : Puisi tertulis pada tanggal 3.06.2020, tepat pukul 16:06 WIB dan itu setelah pak Budi Susilo, meninggalkan jejak komentar pada artikel puisiku yang berjudul "Beda Warna Tetap Saudara".
Entah ada apa dibalik interaksiku dengan kers di Kompasiana, puisi yang sudah kutayangkan sejauh ini berhasil dilabeli pilihan oleh admin/editor Kompasiana. Itu memberikan kesenangan tersendiri bagiku
Dan sebenarnya ada beberapa puisi yang sudah tertulis karena berinteraksi dengan sesama warga kompasiana, baik yang sudah kutayangkan ataupun yang masih ada di catatan handphoneku
Sungguh berinteraksi dengan sesama kers, memberikan banyak hal baik bagiku. Walaupun yang berinteraksi denganku d Kompasiana, akun yang itu-itu saja
Karena ada beberapa akun yang tidak ramah menurutku, kita sudah vote dan komentar. Eh, dibalas pun tidak apa lagi berkunjung balik ke akun kita. Tidak masalah bagiku, ketika yang berkunjung ke postinganku akun yang sama setiap harinya
Sebagai warga Kompasiana (kers), berinteraksilah dengan kers lain. Hal itu bisa dijadikan sesuatu yang berkesan. Bahkan bagiku, hal itu tidak memberikanku kesulitan. Dengan catatan, aku akan memilih kers yang mana yang akan berinteraksi denganku. Di sisi lain, berinteraksi dengan kers yang memberikan komentar sinis bisa menimbulkan ketidaknyamanan. Dan aku pernah mengalaminya. Â Sehingga, kini aku memilih kers mana yang akan berinteraksi denganku
Berinteraksi dan berbagi komentarlah yang sopan pada sesama warga Kompasiana (kers). Bisa saja dari interaksi itu, ada karya selanjutnya yang akan tercipta dan tanpa sengaja kita akan menjadi pelaku sejarah di perjalanan hidup kers lain
Bahkan tulisan ini tercipta karena membaca artikel hobinya pak Imanuel Tri, yang berjudul "Berbohong dengan Berkata Tidak Punya Ide"
Salam Kompasiana
***
Lusy Mariana Pasaribu
[Rantauprapat, 3.06.2020: 23:39 WIB]