Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Merancang Konsep Berkeluarga dan Berketurunan

29 Juli 2010   07:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:30 564 0
Ada yang masih ingat gambar ini? Gambar di belakang uang koin pecahan Rp 5 yang sekarang sulit dicari karena langka. Ya, gambar ini adalah logo Keluarga Berencana, biar asik baiknya disingkat saja menjadi KB. Singkatan yang di masa sekarang seperti raib ditelan runtuhnya rezim Orde Baru. Sebelum menelusur lebih jauh, ada baiknya kita dengarkan bersama lagu nostalgia berikut ini: Keluarga Berencana dalam Sejarah Dunia KB sebenarnya bukan peninggalan Soeharto, gerakan ini sudah ada sejak jaman Soekarno, meski bisa dibilang juga ini bukan dari bagian rancangan kepemerintahannya. Gerakan keluarga berencana lahir dari pemikiran dokter pribadi Soekarno yang bernama dr. R. Soeharto. Ia bersama dukungan dari Prof. Sarwono Prawirohardjo, dr. H.M. Judono, dr. Hanifa Wiknjosastro juga Dr. Hurustiati Subandrio, mendirikan LSM Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) tanggal 23 Desember 1957. Dideklarasikan di Jl. Sam Ratulangi No. 29 Jakarta. Tujuannya menciptakan keluarga Indonesia yang bahagia, sehat dan sejahtera. Maklum, di masa itu angka kematian ibu dan bayi tergolong tinggi, keprihatinan akan pentingnya keluarga Indonesia yang sehat dan sejahtera menjadi landasan utamanya. PKBI pun menjadi lembaga yang menangani masalah kesiapan masyarakat akan pernikahan hingga menjadi sebuah keluarga. Berbagai konsultasi dari psikologi hingga medis diberikan, seperti pemeriksaan kesehatan calon suami isteri, pemeriksaan dan pengobatan kemandulan dalam perkawinan, juga berbagai nasihat akan pengaturan kehamilan. Melirik ide dasar dari lembaga KB di Indonesia, ternyata hal ini sudah banyak dicanangkan oleh negara-negara lain. Bukan cuma di beberapa bagian negara yang peduli masalah KB, sebuah lembaga internasional, International Planned Parenthood Federation (IPPF) sudah berdiri sejak tahun 1952 di Bombay, India. IPPF merupakan rancangan bersama negara-negara yang peduli pada kaum perempuan di mana mereka memiliki hak untuk mengendalikan kesuburannya sendiri. Para pendiri IPPF adalah para aktivis perempuan yang tergolong keras menyuarakan feminisme di negaranya, sebut saja seperti:

  • Margaret Sanger (1879–1966) asal Amerika yang mendirikan lembaga KB American Birth Control League (ABCL) di tahun 1921. Ia adalah penentang paling depan dari Undang-Undang Comstock 1873 yang melegalkan materi-materi pornografi berikut informasinya boleh dikirimkan lewat pos. Akibat UU itu, kehamilan tidak terkontrol sebab Amerika mulai meminati seks bebas. Banyak bayi di luar nikah yang lahir kemudian menjadi terlantar karenanya. Beberapa kali Sanger harus masuk penjara karena penentangan akan UU ini.
  • Elise Ottesen-Jensen (1866–1973) asal Swedia yang mendirikan lembaga edukasi untuk pendidikan seks di tahun 1933, Riksförbundet för Sexuell Upplysning (RFSU). Elise meski tidak separah Sanger sampai di penjara akibat penentangan atas UU, ia termasuk orang yang keras menyuarakan pentingnya perempuan sadar akan hak-haknya, seperti mengontrol diri sendiri atas kehamilan dan seksualitas. Menurutnya sering kali perempuan jadi sasaran tembak atas kesalahkaprahan anggapan peran bahwa ibu adalah hanya sebagai mesin beranak belaka.
  • Dhanvanthi Rama Rau (1893–1987) asal India yang mendirikan lembaga KB Family Planning Association of India di tahun 1949. Ia adalah istri dari ekonom India terkemuka, Sir Benegal Rama Rau. Bisa dibilang sejarah hidup Dhanvanthi tidak serumit Elise apalagi Sanger, ia hanya orang yang peduli pada kesehatan ibu dan anak yang merasa penting untuk memberikan informasi edukasi seksualitas, reproduksi dan kehidupan keluarga yang bahagia dan sejahtera di India.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun