Aku juga tidak akan membicarakan tentang atap yang menaungi kita dari hujan dan terik. Tidak pula ingin besar kepala membanggakan apa yang menempel di dinding-dinding, yang tersembunyi dalam laci-laci maupun yang terkunci rapat dalam almari.
Di tanah yang kau kira rumah, selalu terjaga dengan gemerlap lampu-lampunya. Menemani siapa saja yang masih berjibaku dengan realita atau mereka yang mulai kehabisan akal untuk memejamkan mata.
Di tanah yang kau kira rumah, kau kerap mengeluhkan tentang jarak yang membentang, yang memisahkanmu dari keakraban dan melemparkanmu pada keterasingan. Lalu, kemana kita akan pulang?