Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

The Golden Triangle di Bibir Pasifik

28 Mei 2010   14:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:54 308 0
PEMILUKADA di sejumlah daerah di Republik Indonesia, hampir setiap saat menghiasi media cetak juga media elektronik. Pembahasan yang banyak terukir dalam pemberitaan pun bervariasi, mulai dari "menjual" program pembangunan hingga peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan gratis dan semua yang gratis lainnya. Fenomena "menjual" jasa dan perhatian untuk menarik simpati masyarakat pun terhalalkan. Namun demikian, diakui banyak pula yang benar-benar ingin memberi diri untuk kemajuan dan kesejahteraan rakyat.

Di Sulawesi Utara lima pasang calon gubernur dan wakil gubernur sudah mendaftarkan diri pada penutupan pendaftaran 27 Mei 2010. Mereka masing-masing; SVR-MMS, RML-HD, VAP-HOM, SHS-DK, dan E2L-HEW. Dari sejumlah kandidat ini, pasangan Sinyo Harry Sarundajang (SHS) dan Djouhari Kansil (DK) disingkat "SHS BERHASIL" paling mendapat tanggapan positif tokoh masyarakat Sulawesi Utara. Apalagi, pasangan ini mengakomodir putera Bolaang Mongondow, Siswa Rahmat Mokodongan (SRM) sebagai Sekretaris Provinsi Sulawesi Utara.

"Ini benar-benar representasi Sulut yang paripurna. Alasan dukungan lainnya, diakomodirnya putera Nusa Utara merupakan langkah brilian, mengingat selama sejarah pemerintahan di Provinsi Sulut, baru kali ini warga Satal terakomodir. Dari sisi pengalaman dalam pekerjaan, baik Kansil juga Mokodongan sudah tidak diragukan lagi. Keduanya merupakan birokrat yang memiliki pengalaman permanen dalam berbagai struktur pemerintahan. Keduanya, diyakini akan mampu bahu-bahu bersinergi dengan SHS, melanjutkan fondasi pembangunan yang telah dibangun.

Pasangan Sarundajang-Kansil sebagai calon Gubernur Sulut 2010-2015 secara resmi mendaftar ke KPUD Sulut, pada pukul 23.00 WIT, diusung oleh Partai Demokrat plus sejumlah partai parlemen yakni Partai Damai Sejahtera, Gerindra, PAN, Barnas, PPP, PPI. Saat pendaftaran, pendukung, simpatisan, juga warga umumnya menyemut memenuhi kantor KPUD Sulut hingga ke pelataran.

H. Abdullah Mokoginta, tokoh Bolmong Raya Bersatu, mengatakan, kecerdasan SHS dalam memilih pasangan benar-benar terukur . Ini adalah format idealnya pemerintahan SHS lima tahun kedepan. "Ditinjau dari berbagai sudut pandang, pasangan ini benar-benar paripurna. Format politik ideal, rancang-bangun akomodasi politik kewilayahan, etnik, dan agama, juga begitu pas," ujar mantan Wagub Sulut ini.

Koordinator Media Center SHS, Michael Umbas menyatakan bahwa pilihan SHS terhadap Djouhari Kansil sebagai Calon Wagub dari Nusa Utara, serta mengakomodasi putera Totabuan di jajaran birokrasi tertinggi pemerintahan yakni sebagai Sekprov adalah wujud kearifan yang dalam sekaligus potret kebhinekaan SHS yang nasionalis."Perenungan panjang yang berbuah pada keputusan bijak dan cerdas dalam konteks membangun Sulut yang lebih baik ke depan," tukasnya.

Sedangkan bagi Benny Ramdani, anggota Dewan Propinsi, pasangan ini cermin pluarisme Sulawesi Utara yang dikenal sebagai daerah multi etnik, multi agama, dan multi kultur. Posisi SHS (Minahasa) sebagai Gubernur, Djouhari Kansil (Nusa Utara) Wagub, dan Rahmat Mokodongan (Bolmong) sebagai Sekprov, ini komposisi kepemimpinan Golden Triangle (segitiga emas). Komposisi ini sebagai grand design tata harmoni dan keseimbangan politik yang paling sejati. "Sebagai sosok pemimpin nasional sejati SHS telah mengambil keputusan politik yang tidak sekedar tepat, tapi juga benar. Dalam sejarah pemerintahan propinsi Sulut, belum pernah terjadi kader dari Nusa Utara menempati posisi wakil gubernur. Dan, juga belum pernah terjadi putera Bolmong menempati posisi sebagai Sekretaris Provinsi Sulawesi Utara," ujar Rhamdani beralasan.

Mantan Ketua DPRD Sulut, Syahrial Damopoli berpendapat sama. Bahwa apa yang diputuskan SHS sebagai calon gubernur dalam memilih pendampingnya merupakan putusan cerdas yang sulit diperhitungkan. "Menyatukan suku, etnis dan golongan bukan pekerjaan mudah. Tapi, ini mampu dilakukan seorang SHS. Ini sudah gambaran kecemerlangan Sulut kedepan," kata Damopoli.

Sementara Pdt Firdaus Majusip, MTh, mantan Ketua Sinode GERMITA yang saat ini menjabat sebagai Ketua Majelis Pengembala Sinode GERMITA, mengatakan sangat mendukung pasangan SHS-Djouhari Kansil. "Ini suatu penghargaan yang sangat tinggi dengan dipilihnya tokoh Nusa Utara pendamping SHS. Pilihan ini merupakan suatu apresiasi besar yang telah ditunjukkan SHS bagi warga Nusa Utara," katanya sambil menghimbau warga Nusa Utara agar mendungkung sekaligus memenangkan pasangan ini.

Menurut Majusip, dipilihnya Djouhari Kansil sudah sangat tepat. Kansil bukan hanya representasi masyarakat Nusa Utara tetapi juga warga Sangihe besar dimana-dimana. "Olehnya, saya berharap warga Nusa Utara untuk menyatukan pandangan, konsolidasi dan memilih pasangan yang paripurna ini," harap Majusip.

Di mata, Marthinus Manoi, SH, mantan Kepala Kejaksaan Tinggi Sulut berpendapat, dipilihnya Djouhari Kansil sebagai calon Wakil Gubernur mendamping SHS, menandakan tokoh Nusa Utara sudah diperhitungkan. Karenanya, Manoi menghimbau seluruh warga Nusa Utara untuk mendukung sekaligus memenangkan SHS-Djouhari Kansil. "Harus didukung penuh," tandasnya bersemangat.

Manoi lantas berceritera tentang dampak dari menyatunya etnis besar Minahasa, Bolaang Mongondow dan Sangihe Talaud. Ini telah membuat terputusnya kesenjangan dominasi job diantara warga Sulut pada umumnya. Pelantikan Rahmat Mokodongan sebagai Sekprop, telah membuka mata warga Bolmong yang (katanya) merasa ditingalkan. Selain itu, dipilihnya Djouhari Kansil sebagai calon Wagub di Pemilukada, telah menjembatani kesenjangan warga Nusa Utara yang selama ini merasa dilupakan. "SHS tidak hanya memberi jabatan Sekprov sebagaimana keinginan masyarakat Sangie Talaud. SHS malah mengajak putera Sitaro sebagai representasi warga Sangihe Talaud, untuk bersama ikut dalam merancang-bangun Sulut kedepan. Ini suatu apresiasi yang tinggi, yang diberikan Sarundajang kepada dua etnis Satal dan Bolmong," demikian Manoi.***

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun