Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Nostalgila: Saya Pernah Jadi Orang makassar

26 Februari 2013   13:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:39 474 4
Teman adalah harta berharga setelah keluarga. Bagi saya, Tuhan yang maha baik telah memberikan fasilitas mewah bernama teman, untuk mengarungi kehidupan di dunia. Dan saya tak bisa membayangkan hidup tanpa teman (contoh simpel dan enggak banget: bayangin! saya lagi nonton as roma trus gambarnya jelek, beruntung kalo ada teman. Bisa saya suruh puterin tiang antena).

Siang tadi saat lagi bengong dengan hayalan kosong, tiba-tiba htc android saya berbunyi (pamer nih? Punya android). Ternyata ada pesan masuk di inbox facebook, dengan nama yang tak asing dan lama menghilang dari kehidupan saya. Akun tersebut memajang balita cantik menggemaskan dengan nama akun MUSLIMRAJUNI. Mendadak berbinar mata yang kantuk ini karena angin siang yang membelai tengkukku untuk segera berbaring menuju peradaban fiktif bernama 'mimpi di siang bolong'. Langsung saja saya meminta nomer ponselnya, tak sabar diri ini bercuap-cuap nostalgia di udara.

Usai saya mendapat balasan pesan berupa 12 digit angka yang akan menghubungkan suara jawa dengan suara sulawesi, tindakan berikutnya saya langsung cek pulsa (maklum, jarang ngisi pulsa). Setelah dirasa cukup saldo pulsa saya, langsung saya menekan angka-angka di ponsel saya. Rupanya sang teman yang dulu sering gendong saya, telah menunggu di ujung sana (kalo spacenya cukup, akan saya ceritakan masa-masa di mana saya sering digendong teman saya itu).

percakapan kami buka dengan bertukar kabar lalu dilanjutkan ngobrol teman-teman 'gila' kami saat masih di kota terindah di korea (kota uijongbu yang berjarak 1 jam dari ibukota seoul, kalo naek bajaj bisa lebih dari 1 jam. Apalagi naeknya dari bantar gebang). Alhamdulillah dari kabar terakhir yang kami dapat bahwa kami semua adalah sebagian daripada golongan tki sukses (definisi sukses bagi kami: pulang sehat tanpa cacat, istri setia menanti, kekasih tak kawin lari, meski doku tak memenuhi isi lemari). Kurang lebih 30 menit saya habiskan tukar cing-cong bersama kawan lama saya itu.

Berbicara kenangan saya bersama teman-teman yang khususnya berasal dari makassar saat kami sama-sama menempati kota uijongbu sungguh sangat banyak dan menyenangkan. Bahkan dulu saat gairah menulis saya sedang on-fire, saya berniat menuliskan banyak cerita saya di sana yang memenuhi memori kepala saya yang bebas kutu dan ketombe. Namun karena akhir-akhir ini waktu saya banyak dihabiskan untuk 'mengamen' lagu hidup penuh perjuangan, saya tak bisa sering-sering menyeduh isi pikiran saya ke dalam tulisan.

Perkenalan saya dengan anak-anak makassar terjadi pada saat saya baru pertama kali menginjakkan kaki ke pabrik penempa nasibku. Adalah seorang teman bernama henriyadi bin madeng yang menjadi satu-satunya karyawan asal Indonesia yang bekerja di pabrik pembuat laci lemari. Darinyalah lalu saya dimasukkan ke dalam jaringan anak makassar sampai saya benar-benar dikira anak makassar oleh anak-anak Indonesia lainnya. Hal itu dicurigai karena saya sudah mulai terpapar aksen makassar ketika berbicara. Waktu itu saya suka sekali dengan tambahan 'mi' di belakang kalimat saat saya berbicara.

Hampir tiap minggu saya berkumpul bersama dengan anak-anak dari makassar sebelum saya direkrut oleh sekelompok gank dari jawa yang menamai diri mereka LASKAR CHIVAS (cerita tentang laskar chivas bisa anda baca di novel saya, yang entah kapan akan terbit karena saya gak tau entah penerbit mana yang mau publish karya saya. Nulis aja belum). Banyak kenangan 'gila' bersama mereka hingga akhirnya kami berikrar tanpa perbedaan asal-usul suku. Malam itu entah tanggal berapa di tahun 2008, kami bersulang hof beer dan berikrar "sekali teman tetap teman, cukup sekali datang korea" (di lain kesempatan juga akan saya ungkap makna ikrar kami. Karena Space gak cukup).

Akhirnya kebersamaan kami hanya berlangsung selama 1 tahun, karena saya harus menerima "derita gue" yang menjadi korban dari krisis global di penghujung tahun 2008. Pabrik saya kolev (sengaja typho, biar inget mantan pelatih timnas kita si ivan kolev yang sekarang ngelatih di mana. Gue gak peduli), saya terpaksa harus mencari destinasi baru sebagai penyambung hidup saya di korea (nyari kalimat yang agak dramatis susah). Dengan sangat terpaksa akhirnya saya berpisah dengan kawan-kawan saya yang telah banyak membantu proses adaptasi saya, saya pergi membawa duka dan tangis air mata kawan-kawan (udah dramatis belum ya?).

Percakapan saya dengan daeng Muslim akhirnya ditutup dengan perbincangan tentang mimpi kami. Sebuah mimpi yang belum terwujud, kami ingin dipertemukan di bumi Indonesia untuk melampiaskan rindu (CAUTION : Jika anda homo, saya mohon jangan inbox saya lalu minta nomer hape. Saya bukan kaum anda!). Tak lupa saya ucapkan terimakasih karena masih memberlakukan ikrar "sekali teman tetap teman".

penutup (di paragraf atas saya sudah janji mau menceritakan kenapa daeng muslim menggendong saya): di zaman dahulu kala tahun 2008, hiduplah pemuda 19 tahun dengan tinggi badan: 168cm, berat: 45kg, paras imut. Tampaknya ia pemuda 'telat frustasi' atau 'sok-sokan frustasi' yang akhirnya mengantarkan dia ke lembah hitam dunia peralkoholan. Hampir tiap akhir pekan, si pemuda kurus dengan nama alias jabrik selalu menghabiskan malam di kedai minuman. Berseloki-seloki air bening beraroma memabukkan tanpa label halal (padahal di sono, air mineral juga tanpa label halal) ia tenggak. Sampai mukanya merah, sampai ia berbicara banyak hal layaknya kena uya emang kuya, sampai ia terkapar. Sampai seorang pria berKTP makassar menggendongnya, memasukkannya ke dalam taksi, memapahnya ke kamar, melepaskan sepatunya, melepaskan kaus kakinya yang berganti merk dari "FILA" menjadi "TERASI UDANG SPESIAL". Begitulah kisahnya sobat, kisah saya yang pernah digendong oleh teman baik hati dari makassar.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun