Sejak kau tak ada, aku tak memiliki rumah. Setiap hari, setiap mata, setiap percakapan terasa seperti perjalanan tanpa pulang. Setiap ruang, setiap pijakan seperti hanya sebuah persinggahan. Aku tak menetap dimanapun melainkan di dirimu dan aku tak pulang kemanapun melainkan kepadamu. Jadi begini, rasanya hidup namun hilang. Aku seperti cawan berisi anggur yang kehilangan bibir tuannya yang setiap pagi menyentuh, menegaknya.
KEMBALI KE ARTIKEL