Sentimen pasar yang berkembang pada Januari ini merupakan kebalikan dari bulan Desember dimana pasar justru jatuh hingga 10 persen. Ini merupakan koreksi terbesar harga emas dalam satu bulan sejak Lehman Brothers bangkrut. Investor bahkan khawatir bahwa harga emas akan menurun dan mengakhiri kenaikan harga emas secara simultan dalam rally selama 11 tahun ini setelah mencapai puncak harga di bulan September lalu di harga $1,920.30, sejak saat itu harga emas telah terkoreksi 400 persen.
Dalam perdagangan hari Selasa, emas naik 0.8 persen ke $1,742.59 per ons bahkan sempat menyentuh $1,747.39 yang merupakan harga tertinggi sejak pertengahan Desember atau naik sekitar 11 persen sejak bulan itu hingga hari ini.
Pergerakan pasaruang membatasi kenaikan harga emas lebih lanjut seiring dengan menguatnya Dolar AS. Dolar yang kuat akan menjadi sentiment negative bagi komoditi termasuk Emas. Menguatnya Dolar atas kondisi Eropa membuat harga emas melaju terhenti. Namun secara mengejutkan, data ekonomi domestik AS membuat pasar kembali naik, termasuk hasil lelang hutang Portugis yang membuat pasar yakin bahwa Portugis akan bernasib serupa dengan Yunani.
Disisi lain, harga emas batangan juga naik dengan latar belakang kebijakan yang dianut Bank Sentral AS yang mempertahankan suku bunga rendah hingga 2014 membuat harga emas batangan naik hampir 5 persen pada minggu lalu.
Banyak investasi yang sudah dibenamkan sepanjang Januari ini, mengikuti pola Januari Efek, dan Emas masih diawal pergerakannya. Mengingat kondisi yang demikian ini maka diperkirakan harga emas akan mencatak rekor tertinggi lagi di tahun ini. Bahkan diperkirakan lebih cepat dari perkiraan semula. Dalam empat minggu ini, emas naik dan puncaknya menjelang Tahun Baru Cina akibat pembelian emas oleh warga Cina yang merayakan Imlek.
Untuk perdagangan berjangka, harga emas pada kontrak bulan April naik $13.40 per ons di harga $1,744.40 per ons.