Namun, pesan singkat yang saya terima sore itu, terkonfirmasi balik secara lebih cepat dari biasanya. Saya berpandangan, orang ini memiliki itikad baik. Pasalnya, ia memulainya dengan tulisan salam, kemudian memperkenalkan diri. Analisis saya, ia sangat sopan.
Tak hanya memperkenalkan diri, ia juga langsung mengutarakan maksud dan tujuannya, seakan ingin meyakinkan itikad baiknya. Yang membuat saya makin yakin, ia menulis nama seseorang yang sudah saya kenal, yaitu Supiyan Sakti, Kepala SDN 097 Katokkoan, Masamba.
Dalam pesan WA tersebut, ia menawari saya menjadi narasumber webinar edukasi bertema lingkungan. Sesuatu yang masih terbilang baru bagi saya. Untuk tidak mengecewakan dia, saya mengundangnya ketemu dengan saya di Diskominfo, tempat saya bertugas sehari-hari.
Alhamdulillah, ia menyanggupinya. Empat hari berselang, kami ketemu di Ruang Media Center Kantor Dinas Kominfo-SP. Banyak hal yang kami diskusikan. Saya pun mencoba menggali lebih dalam terkait kegiatan webinar tersebut. Apa tujuan dan siapa saja pesertanya.
Webinar Edukasi Peduli Lingkungan "Gaya Hidup Minim Sampah". Demikian nama kegiatannya. Pelaksananya adalah mahasiswi program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan Universitas Negeri Makassar (UNM) Bidang Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).
Nama mahasiswi tersebut, Siti Zulaikha, S.Pd. Dialah yang menghubungi saya, dan memberikan saya sebuah panggung kebaikan, sekaligus menyematkan pengalaman berharga bagi saya. Pada pertemuan tatap muka ini, saya menerima panggung kebaikan yang ia berikan.
Saya kemudian diberi opsi dua tema materi, dan saya memilih tema "Gerakan Gaya Hidup Minim Sampah melalui Pemanfaatan Media Sosial". Saya memilih tema ini karena praktik-praktik kehumasan tak bisa lepas dari pemanfaatan media sosial di ruang-ruang digital.
Saya pun memulai berselancar di dunia maya. Dari warkop ke warkop, saya menjelajahi setiap sudut kota. Tak terhitung sudah berapa gelas thai tea dan green tea saya habiskan, dan sudah berapa botol air mineral saya teguk untuk sekadar menyegarkan dahaga dan pikiran.
Saya pun kembali belajar tentang kepedulian terhadap lingkungan. Saya menggali lebih dalam makna dan urgensi zero waste, dan gaya hidup minim sampah. Saya mengelaborasi semuanya dengan harapan materi saya dapat diterima secara bijak dan tersampaikan dengan baik. Â
Saat webinar tiba, saya makin takjub, meski sedikit gugup, karena peserta yang mengikuti webinar tak hanya dari Provinsi Sulawesi Selatan saja, tetapi dari berbagai daerah di Indonesia. Bahkan ada beberapa sekolah yang menggelar nonton bareng bersama para siswanya.
Masya Allah! Rupanya webinar ini adalah webinar nasional. Ini adalah pengalaman berharga diberi kesempatan menjadi narasumber di forum nasional, yang diikuti ratusan peserta dari beberapa daerah di Indonesia. Apalagi isunya menarik, tentang sampah dan lingkungan.
Nah, Selasa, 30 Mei 2023, pagi, sekira pukul 09.30 WITA, adik Ikha kembali datang menemui saya di ruangan yang sama saat pertama bertemu. Namun, kali ini ia tidak datang dengan tangan kosong. Ia membawa oleh-oleh berharga yang memang sangat saya nantikan.
Sebuah kertas berbingkai indah bertuliskan "SERTIFIKAT" ia serahkan ke saya sebagai kenang-kenangan. Ini bukan kertas biasa, melainkan kertas yang tak ternilai harganya. Bagi saya yang fungsional, sertifikat adalah aset berharga yang tak bisa dinilai dengan rupiah.
Terima kasih, adik Siti Zulaikha. Saya tak bisa bilang apa-apa kecuali terima kasih luar biasa. Kepada istri yang selalu mendukung aktivitas saya, kepada putriku di Palopo yang telah membantu dalam membuat powerpoint, saya ucapkan terima kasih yang terdalam.
Segala kebaikan yang kita hadirkan di muka bumi ini, insya Allah akan mendapatkan hak-nya di akhirat kelak. Jangan berhenti, karena kebaikan akan selalu bersama kita. Saya pun yakin bahwa orang baik di muka bumi ini tak akan pernah berkurang, malah terus bertambah. (LH)