Wanyad menjadi nama yang sering penulis jadikan icon dalam setiap tulisan yang disajikan kepada pembaca. Kali ini penulis mencoba menyampaikan sisi lain wayad yang membuat orang-orang terheran-heran atas perilakunya.
Wayad dalam cerita kali ini, menjadi orang yang terkenal pada sisi kurang baiknya. Ia menjadi orang yang suka berbuat kemaksiatan, sering mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat. Sehingga sebagian masyarakat tidak menyukai keberadaan Wayad dan sangat senang kalau wayad di masukan dalam penjara atau menjadi manusia yang bertaubat.
Pernah suatu hari, ada mobil polisi di Desa tempat tinggal Wanyad. Hal ini membuat masyarakat senang, kerena mereka sudah berperasangka Wayad akan ditangkap. Setelah mengetahui mobil polisi tersebut sedang membagikan bantuan untuk korban banjir. Masyarakatpun kembali kecewa .
Wayad ditengah-tengah masyarakat adalah sumber penyakit dan setiap Wanyad lewat di jalan manapun dipastikan paginya terdengar keributan kehilangan. Dipastikan pencurinya Wanyad atau anak buahnya yang jumlahnya banyak dan ada dibeberapa desa.
Sosok Wanyad adalah jelek semua dan tidak pernah tertangkap pihak berwajib. Sehingga dalam kepercayaan masyarakat, Wanyad memiliki ilmu belut, kalau mencuri selalu licin dan lolos, tak bisa tertangkap.
Wayad merupakan spesialis pencuri pembombol rumah dan bawang merah disawah.
Setiap orang yang rumahnya dilewati wanyad, sudah dipastikan mengalami ketakutan dan penuh perasaan khawatir, kalau rumahnya akan dibobol oleh Wanyad.
Begiti juga saat Wanyad berjalan bersama kawanannya di jalan persawahan, yang akan panen bawang merah. Membuat pemilik sawah semakin takut, dan bingung mau lapor kemana?.
Pernah suatu hari Wanyad melewati sawah milik Man Jai yang esok harinya akan panen. Wanyad sangat gembira karena hari ini, dipastilan akan dapat hasil besar.
Ketika ada seorang petani yang sawahnya dekat Jai, mengetahui Wayad lewat sawahnya, petani tersebut segera melaporkan pada Jai, Bahwa sawah Jai akan dicuri Wanyad.
Mendapat informasi dari keberadaan Wanyad yang akan mencuri di sawahnya, kata Jai dalam hati. "Besok akan menjadi hari terakhir bagi Wanyad untuk menjadi pencuri dan terusir dari kampungnya"
Ternyata betul apa kata Jai. Pagi itu masyarakat diributkan oleh kabar Wanyad tidak bisa keluar dari sawah Jai. Ia kebingungan duduk lemas dan terlihat kecapaian, seperti orang yang telah berjalan puluhan kilo meter yang tidak mengatahui arahnya.
Satu hektar tanaman bawang merah milik Jai sudah dipanen Wanyad semua. Namun Wanyad dari semalam sampai pagi hari hanya muter-muter di sawah Jai saja, sampai kelelahan, bingung dan akhirnya duduk.
Wayad yang dulu terkenal penjahat yang tak terkalahkan, kini menjadi tontonan mayarakat karena kalah ilmu dengan Jai.
Setelah semua mayarakat berkumpul menonton di sawah Jai, melihat tingkah lucu Wanyad yang kecapaian dan kebingunan. Jai terpaksa mendatangi Wanyad untuk menyembuhkan kebingungannya. Cukup hanya dengan disentuh Jai, Wanyadpun tersadar kembali.
Saat itu pula Wanyad langsung meminta maaf pada Jai dan berjanji untuk tidak mencuri lagi serta siap pergi dari desanya.
Jai langsung memaafkan Wanyad dan saat itu pula Wanyad keluar dari desanya serta tidak kembali lagi.
Masyarakat yang menonton Wanyad didepan Jai, terus mentertawakannya dan saling melontarkan kalimat kepada Wanyad. "Hari ini Wanyad kena batunya," dan ada yang mengatakan juga "Jai, di lawan!"
Dengan rasa malu, Wanyad keluar dari desa pergi entah kemana.
Singkat cerita Wanyad ternyata bertemu dengan kawanan pencuri kembali di perantauan, sehingga penyakitnya lamanya kambuh kembali. Namun nasibnya sial, baru mencuri beberapa kali sudah ketangkap.
Ternyata Wanyad sudah berbeda dengan yang dulu, licin seperti belut. Karena tanpa sadar ilmu tersebut sudah dicabut dari badanya Wanyad oleh Jai, saat mencuri di sawahnya.
Wanyad pun langsung dijebloskan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) atau penjara, karena kasus pencurian.
Di dalam penjara, Wanyad tetap saja berkuasa, karena penghuni lamanya yang menjadi penguasa penjara atau sebutan lurah adalah mantan anak buahnya. Sehingga mantak anak buahnyapun tunduk, walaupun Wanyad baru masuk beberapa hari di LP.
Di LP aturan setiap warga binaan wajib untuk mengikuti kegiatan-kegiatan. salah satunya pembinaan rohani, bintal atau pengajian.
Dalam setiap pengajian tema-tema yang disajikan oleh pembicara terkait dengan terapi hati. Wayad pun harus mengikuti dengan khusu' apalagi yang dibahas tema-tema menarik untuk meninggalkan hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Setiap pembicara mengarahkan warga binaan untuk selalu berbuat baik dan menjadi orang yang memberi manfaat kepada sesamanya, tinggalkan hal-hal yang menjurus kemaksiatan dan mengambil barang yang tidak menjadi haknya.
Perang batin terus menyelimuti Wanyad dalam setiap ada pembinaan mental bagi para napi.
Setelah masa tahanan selesai dan Wanyad keluar dari penjara, maka ia pun memutuskan untuk berhenti. Yaitu berhenti mengikuti pengajian apapun. Karena setelah keluar dari penjara ternyata teman-temannya sudah menunggu untuk beraksi kembali.
Dasar Wayad, nggak ada taubatnya. Sudah janji mau berbuat baik dihadapan Man Jai dan mengikuti terapi hati di penjara saja, belum taubat.. Wanyad....! Wayad...! Kapan kamu taubatnya.
Terimakasih telah membaca.
(Lukmanrandusanga).