Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ramadan

Akal Butuh Asupan Ngaji

4 April 2023   11:58 Diperbarui: 4 April 2023   11:59 756 1


Akal Butuh Asupan Ngaji

Akal yang ada dan dimiliki manusia cukup jelas digunakan untuk berpikir dan merenung, salah satunya yang tidak boleh ditinggalkan adalah merenungi akan kekuasaan dan perintah Allah Swt.  

Akal dalam perjalanannya kadang perlu stimulus untuk digunanakan dalam merenungi ayat kauliyah maupun kauniyah dengan menghadiri tempat pengajian, yang diasuh oleh seorang ulama (Ngaji).

Tempat pengajian adalah majlis ilmu, tempat dimana akal menerima asupan informasi untuk mengetahui ajaran agama yang benar dan mengenal berbagai perkembangan sejarah Islam. Jangan sampai umat Islam dijauhkan dari ilmu yang selanjutkan akan jauh dari hukum Allah Swt dan Rasul-Nya.

Begitu juga ketika tidak paham tentang sejarah dan perkembangan Islam dari era Nabi Muhammad hingga sekarang. Maka akan berdampak pada kerugian pada umat Islam. Sejarah menjadi bukti akan kekuatan dan kehebatan Islam. Bagaimana sosok Rasulullah yang menjadi tauladan dan rujukan dalam segala hal. Sehingga kemenangan selalu ada pada tangan Rasulullah Saw.

Akal yang dimiliki untuk mengkaji ilmu-ilmu yang ada di dunia.  Dengan manusian memiliki ilmu dan berakal sehat maka membuat manusia memiliki kedudukan yang mulia. Allah Swt selalu membuka hati orang-orang alim dan manusialah yang menjadi penjaga gudang ilmunya Allah Swt.

Guru pembawa ilmu dan kebaikan,  memiliki tugas bagaimana membersihkan hati yang kotor, ilmu yang diterima oleh akal dan menghantarkan manusia pada kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan ilmu menjadikan manusia mulia.

Ngaji
Penulis bersama ribuan jamaah menghadiri pengajian KH. Subhan Ma'mun di Pondok Pesantren Assalafiyah Luwungragi Bulakamba Brebes, tak bisa lepas untuk mencari ilmu, menghidupkan nalar dan mentaati perintah Allah Swt.

Ilmu yang didapat dalam majlis ilmu, mengajak semua jamaah yang hadir untuk berpikir dan merenung, bagaimana menjadi manusia yang shalih dan shalihah agar tidak  masuk neraka Sa'ir.

Mendatangi tempat pengajian yang asuh oleh seorang ulama,  mengajak hati dan akal untuk menambah keimanan dan menjalankan ibadah, termasuk didalamnya agar seorang muslim mau mengeluarkan zakat.

Tak diragukan lagi, tempat pengajian yang menyejukan membuat semua peserta nyaman, tak terbawa emosi dan propokasi oleh situasi yang ada. Ditambah selingan dzikir dan ibadah lainnya yang dilakukan dalam rangka mendapatkan ridha Allah Swt dan pahala disisi-Nya.

Aktivitas ibadahpun memiliki tujaun agar terlihat dan tercatat oleh para Malaikat yang kemudian saat dilaporkan kepada Allah Swt. Catatan kehidupannya berisi hal-hal yang baik.

Sistem pengajian yang diampuh oleh KH. Subhan Ma'mun tidak mengenal usia dan jenjang pendidikan. Sehingga terlihat peserta ngaji ada yang masih mudah dan sudah tidak mudah lagi, ada yang membawa kitab saat ikut mengaji, adapula yang hanya  mendengarkan saja istilah keren "Jiping" (ngaji kuping)

Sedangkan tema-tema yang disampaikan sesuai dengan apa yang ada didalam kitab yang dikaji yaitu saat Ramadhan 1444 H, kitab Ihya Ulumuddin, Seperti tema pada ngaji kali ini, senin (3/4/2023) tentang ilmu yang terbagi dalam fardu 'ain dan kifayah.

Imam al-Ghazali membagi ilmu ke dalam dua jenis yakni ilmu yang fardhu'ain dan ilmu yang fardhu kifayah. Ilmu fardhu 'ain adalah ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap manusia, sedangkan ilmu yang fardhu kifayah adalah ilmu yang apabila sudah ada seseoran atau sekelompok orang yang mempelajarinya maka kewajiban ini gugur pada masyarakat lainnya dalam suatu daerah tersebut.

Fardlu 'ain adalah ilmu yang menjadikan ibadah menjadi sah, ilmu yang mengesahkan aqidah, dan ilmu yang menjadikan hati bersih.

Fardhu ain juga meliputi belajar ilmu kalam, akidah, fikih, agama dan hal-hal yang berhubungan dengan akhirat.

Sedangkan fardhu kifayah apabilah salah satu sudah mengerjakan maka gugur kewajibannya bagi yang lain. Seperti belajar ilmu komunikasi dan bangunan.

KH. Subhan Ma'mun menyampaikan kepada jamaah, bahwa belajar tidak mengenal usia dan tempat kalaupun harus di negara orang lain. Ilmu jauh harus dikejar, walaupun sampai di negeri Cina, dengan melihat mereka lebih maju dalam sisi beradaban.

Persoalan belajarpun tidak boleh malu, bagi seorang laki-laki kepada perempuan atau suami pada istri, yang kebetulan istrinya dari sisi agama lebih pandai.

Kesempatan yang luas Allah Swt berikan kepada manusia untuk belajar atau ngaji jangan sia-siakan. Selagi masih banyak ulama mengajarkan Agama Islam, membuka tempat pengajian. Karena Allah akan mengakat ilmu dengan meninggalnya para ulama.

Berbahagialah seseorang yang masih mendapatkan bimbingan ulama dan dekat dengannya, apalagi yang membuka tempat pengajian untuk mengaji bersamanya. Selagi ada kesempatan ngaji maka ngajilah, jangan sampai menyesal kemudian.


Wallahu'alam bisshowab





.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun