Rujak di kampungku (Randusanga Brebes) terbagi menjadi 2 (dua) ada rujak yang pakai cobek batu dan rujak diracik dengan dibebek (pakai kayu untuk menghaluskan bumbu dan buah-buahan rujak). Mereka yang jualan  rujak dengan menggunakan cobek batu rata-rata berasal dari kampungku. Tetapi yang rujak bebek kayu, yang jualan dari kampung sebelah.
Rujak yang menggunakan cobek batu untuk menghaluskan bumbu yang menjadi dasar pembuatan bumbu rujak. Dikampungku umumnya rujak gado-gado, uleg, timun, kedondong dan lain-lain. Dan  biasanya untuk mengobati rasa pedesnya rujak, para penikmat rujak,  tidak ketinggalan kerupuk sebagai obat pedesnya, disamping minuman air putih maupun teh.
Ada satu kebiasaan penulis ketika makan siang. Ketika lauk pauknya tidak ada. Maka lauk  rujak menjadi  pilihan paforitnya. Dan tanpa terasa kalau makan nasi, lauknya rujak. Biasanya makanya lahap, banyak dan berujung berkeringat pula. Mungkin karena pedes ataupun lahapnya. Entahlah.. Yang jelas rujak masih menjadi makanan idola aku dan masyarakat kampung. Terbukti di setiap RT di lingkungan tempat tinggalku, pasti ada yang jualan rujak dan kadang lebih dari satu.